Laporan JOKO SUSILO, Pekanbaru joko-susilo@riaupos.co
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau, H Wardan Selasa (1/5) siang sekitar pukul 14.30 WIB meninjau gedung Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR).
Dalam kesempatan itu, Wardan bertekad untuk membawa STSR menjadi ikon Riau.
‘’Sangat penting AKMR (STSR) ini, AKMR ini harus dan memang perlu perhatian dari pemerintah dan semua pihak. AKMR satu-satunya akademi Melayu dan budaya yang ada di Riau dan harus jadi ikon Riau,’’ sebut Wardan kepada Riau Pos.
Wardan yang saat itu didampingi Kabid Perguruan Tinggi, Hadi Miharja dan Kasi Perguruan Tinggi, Nasrol Akmal, mengatakan, tahun 2012 ini telah menganggarkan sebesar Rp5 miliar untuk pembangunan fisik gedung baru kampus STSR yang direncanakan dibangun di sekitar Purna MTQ.
Selain itu, juga sudah dianggarkan sebesar Rp750 juta untuk perlengkapan alat-alat musik dan lainnya.
Kucuran dana tersebut, menurut Wardan bukti dari komitnya pemerintah dalam memperhatikan serta kemajuan STSR sebagai ikon di Riau.
‘’Tahun ini (2012) sudah kita anggarkan sebesar Rp5 miliar dan untuk alat-alatnya sebesar Rp750 juta. Jadi totalnya pemerintah telah menganggarkan sebesar Rp5.750.000.000. Dan ini tidak berhenti sampai di sini saja. Setiap tahunnya akan kita anggarkan untuk pembangunan gedungnya,’’ tutur dia lagi.
Kunjungan Kadisdik Riau, yang didampingi oleh pengurus STSR di antaranya Ketua Yayasan Sagang yang membawahi STSR, Kazzaini KS, Pembantu Direktur IV, Raja Isyam Azwar, Direktur II Bidang Administrasi dan Keuangan, Syamsul Bahri Samin, Direktur III, Menrizal Nurdin, tidak lain untuk mengetahui kondisi kelayakan gedung dan tempat belajar serta para mawasiswa.
Pasalnya, gedung STSR yang dulu bernama AKMR baru dipindahkan ke gedung sekarang yakni di gedung Dewan Kesenian Riau (DKR). Sedangkan gedung yang lama terkena proyek pembangunan.
Dari tinjauan tersebut, Wardan merasa cukup prihatin dengan kampus STSR jika sampai sekarang belum juga memiliki gedung sendiri. Padahal sudah sembilan tahun lalu AKMR (saat ini STSR) ada, tetapi tak miliki gedung sendiri dan harus pindah dan numpang di gedung DKR.
Sebenarnya dari dulu AKMR mendapatkan perhatian dari pemerintah. Tetapi pengurus saat ini menurut Wardan semangat sekali untuk mengembangkan STSR, sehingga pemerintah juga ikut bersemangat.
‘’Memang sejak sembilan tahun belum ada gedungnya. Itu karena memang tidak ada yang minta. Tetapi kepengurusan AKMR yang sekarang terlihat semangat. Jadi pemerintah juga semangat dan merealisasikan anggaran untuk pembanguan gedungnya,’’ sebut dia lagi.
Kazzaini KS pada kesempatan itu mengatakan, pemerintah memang perlu mendukung penuh STSR. Dia menyebutkan, telah menganggarkan sebesar Rp18 miliar jika untuk pembangunan gedung baru. Harapnya agar pemerintah terus memberikan anggaran setiap tahun sehingga gedung dapat segera selesai.
‘’Menurut saya Rp5 miliar yang sudah dianggarkan untuk pembangunan fisik, itu masih kurang. Kita menganggarkan sampai sebesar Rp18 miliar. Kita berharap dalam dua tahun gedung baru selesai,’’ ungkap Kazzaini sambil menambahkan bahwa AKMR telah menjadi STSR pada tahun 2012.
Sementara Raja Isyam Azwar mengatakan, selama ini STSR belum normal berjalan. Hal itu karena berbagai sebab. Salah satunya karena tidak memiliki gedung sendiri alias numpang gedung dan kekurangan dosen pengajar. Saat itu AKMR belum dibawahi Yayasan Sagang.
‘’Yang terpenting saat ini adalah berjalan normal terlebih dulu, Karena sebelumnya (STSR) belum berjalan normal,’’ sebutnya.(muh)