PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Bersempena dengan Hari Santri Nasional yang jatuh 22 Oktober/15 Rabi’ul Awal 1443 H, para santri beserta ustaz pengasuh dari Pondok Pesantren Durrotul Ilmi Al Islamy melakukan kunjungan Rihlah Tarbawiyah ke ICBS Harau, Sumatera Barat.
Kunjungan ini dilaksanakan dalam rangka menimba pengalaman dari Sekolah ICBS Harau, yang telah berdiri sejak dari tahun 2010 lalu untuk dua jenjang pendidikan tingkat SMP dan SMA dengan jumlah santri tidak kurang dari 4.000 siswa/siswi. Dan menjadi bahan masukkan bagi segenap dari keluarga besar Pondok pesantren untuk bisa menjadi rujukan dalam melaksanakan program kurikulum yang sudah disusun pihak Yayasan Wakaf Mutiara Riau.
Rombongan dari Pondok Pesantren Durrotul Ilmi dipimpin ustaz Hafizh Amrillah Lc MA, didampingi Zulman Dedy ST selaku Ketua Yayasan yang membawahi pondok pesantren beserta para ustaz pengasuh dan santri. Rombongan disambut Nurul Azmi SPdI dan Ismail Sholeh ST yang merupakan ustadz dari ICBS.
Menurut Pimpinan Pondok Pesantren, rihlah tarbawiyah ke ICBS Harau yang dilaksanakan tersebut merupakan program yang telah direncanakan dalam kurikulum pondok pesantren. "Alhamdulillah dapat dilaksanakan kali ini yang bertepatan dengan Hari Santri Nasional. Rihlah Tarbawiyah perdana ini merupakan langkah awal Pondok Pesantren Durrotul Ilmi al Islamy yang baru berdiri pada 2021," ujar ustaz Hafizh Amrillah Lc MA dalam keterangan resmi yang diterima Riau Pos, Sabtu (30/10).
Rihlah Tarbawiyah merupakan suatu konsep belajar yang dilakukan di lokasi dan lingkungan berbeda yang merupakan kegiatan yang lazim dilakukan untuk maksud peningkatan mutu. Selama kunjungan, rombongan dari Pondok Pesantren Durrotul Ilmi mempelajari tentang tata kelola manajemen sekolah, kegiatan ekskul, pembinaan Organisasi siswa, cara pembelajaran dan cara pengelolaan sehingga menjadi sekolah yang unggul.
Pimpinan ICBS Harau H Ihsan Ahmad Lc MA yang diwakili oleh Ustaz Nurul Azmi SPdI sebagai Ketua Wali Asrama menjelaskan perihal bagaimana sekolah ICBS yang telah berusia 11 tahun ini memiliki jumlah siswa/siswi sebanyak 4.000 orang. Hal ini tidak terlepas dari perencanaan pihak sekolah membuat satu keunggulan yang diraih dari berbagai program unggulan kurikulum yang telah dibuat. Dan tak kalah juga yang harus menjadi perhatian utama dari para pengelola pondok pesantren yakni penyediaan sarana air bersih sebagai kebutuhan pokok seluruh warga yang tinggal atau bermukim di pondok.
Hafiz Amrillah Lc MA memaparkan rencana program sebelum dilaksanakannya rihlah tarbawiyah ini, bidang kurikulum pendidikan Yayasan Wakaf Mutiara Riau telah menyusun evaluasi internal yang dimaksudkan untuk mengetahui di bagian apa saja yang akan ditingkatkan atau dipacu progresnya melalui rihlah tarbawiyah.
Bidang kurikulum pendidikan menugaskan pimpinan pondok pesantren beserta para pengasuh santri / ustaz untuk menggali sebanyak mungkin informasi yang bisa didapat secara teknis real dan empiris untuk dijadikan barometer dan pembanding. "Pengumpulan data dan informasi sebagai bahan acuan dalam perumusan konsep yang diharapkan dapat melaksanakan pencapaian program Pendidikan di pondok pesantren ke depannya," pungkasnya.(egp)