PEKANBARU (RP) - Di tengah gencarnya peraturan taksi harus menggunakan argometer dalam penetapan tarif, beberapa taksi masih menjadikan sistem borong sebagai penetapan tarif angkut favorit.
Dalam sebuah kesempatan pada Kamis (30/8) siang kemarin, wartawan mencoba menaiki taksi dari pusat kota ke Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II dan Bandara kembali ke tengah kota dengan dua taksi berbeda. Hasilnya sama, tidak ada yang menggunakan argo.
Pada kesempatan pertama, wartawan naik taksi dari depan Plaza Sukaramai yang terkenal sebagai tempat ‘’nongkrong’’ taksi.
Di sini calon penumpang juga tidak bisa memilih jenis taksi, harus mengikuti antrean yang ada bila tidak mau menunggu.
Berjodoh dengan taksi yang sudah berumur, tanpa basa-basi supir paruh baya lansung meluncur ke tujuan, Bandara SSK II.
Supir tidak banyak bicara, malahan dia tidak menawarkan apakah pilih argo atau borongan. Ketika akan sampai, barulah supir taksi dengan interior usang ini menyebutkan bahwa tarifnya Rp50 ribu. Tidak menggunakan argo.
‘’Sudah standar dari Sukaramai ke Bandara Rp50 ribu,’’ ungkapnya singkat kepada wartawan. Dia tidak banyak basa-basi, setelah dibayar, dia langsung tancap gas.
Supir ini cukup disiplin, mengendarai dengan kecepatan sedang, namun beberapa kilometer akan masuk Bandara, ia langsung kencang dan sempat membuat terkejut wartawan saat membelok di tikungan.
Kesempatan berikutnya, wartawan kembali masih memilih dari perusahaan yang sama namun kali ini cukup beruntung karena taksinya baru dan mengkilap dan supirnya juga masih muda.
Kali ini rutenya dari Bandara menuju Plaza Sukaramai, tempat semula. Supir ini langsung kencang dari awal sejak di dalam bandara, ketika ditanyai wartawan soal pakai argo atau tidak, sang supir langsung menawarkan borongan dengan penekanan.
‘’Borong aja ya, bang Rp50 ribu,’’ dia pun langsung konsentrasi ke jalanan karena taksi yang kami kendarai sudah masuk persimpangan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Kaharudin Nasution, cukup cepat.
Namun supir muda ini lebih bersemangat dan berselera. Di pertengahan perjalanan, pria berambut modis ini menghidupkan DVD player taksi-nya. Interiornya juga lebih bagus dan terlihat lebih terurus. Nomor lambungnya juga cantik, 007.
Kedua taksi ini punya kesamaan, argo yang terdapat di bagian dashboard tepatnya di bagian depan sedikit sebelah kanan pandangan supir. Cahaya lampu sinyal tombol argo ini terang, angkanya juga muncul, hanya saja tidak bergerak sama sekali.
Pada layar monokrom yang hanya berukuran dua atau tiga inci itu ada dua baris tempat angka terlihat.
Sembilan digit bagian atas dan satu digit bagian bawah. Hanya saja angka-angka itu tak bergerak sama sekali sejak pertama kali wartawan buka pintu hingga menutupnya kembali.(tim)***