RUMBAI (RIAUPOS.CO) -- SEJAK Oktober 2018, Yuhelfi mengembangkan usaha bibit ikan patin. Sebagai pemodal, Yuhelfi berkolaborasi dengan Safrijon yang membantu dari segi teknik pemeliharaan.
“Baru empat kali buka benih. Pas Desember kemarin disetop sebulan untuk koreksi dan pembenahan,” ucap Yuhelfi saat ditemui di tempat usaha bibit ikan di Jalan Rambutan, Kecamatan Rumbai, Rabu (27/3) lalu.
Alasan memilih ikan patin, dikatakannya, karena banyak pemesan ikan patin. “Umur tiga pekan banyak dibeli orang. Ukuran normalnya 1 inci. Dibeli mulai dari 10 ribu benih sampai 100 ribu benih. Untuk sekarang yang membeli orang pengumpul ataupun petani besar sama pedagang,” urainya.
Soal omzet, Yuhelfi katakan, sekali siklus pembelian, dari 100 ribu benih bisa mencapai Rp12 juta. ‘’Untuk modal operasi Rp5 juta. Makanya siapa yang tak mau tiga pekan bergaji Rp7 juta, meski dibagi dua,” lanjutnya.
Tapi, hal itu tidaklah kelihatan mudah pada kenyataannya. Banyak kendala yang dihadapi. Namun Yuhelfi katakan yang penting jangan putus asa.
“Dari kegagalan yang mencapai tiga kali itu membuat saya terus belajar tentang pembibitan. Setiap orang punya cara berbeda. Lain tempat, lain cara kerjanya. Kalau mulus, mau orang buat usaha semua,” ujar Yuhelfi tersenyum.
Lalu, lanjutnya, pembeli benih ikan patin di sekitar Pekanbaru dan Kampar. “Tergantung orangnya. Jika minta diantar, kami antar. Jika mau diambil sendiri, ya silakan,” jelasnya.
Sementara untuk segi teknis, Safrijon menampaikan, benih umur 1-5 hari diperlihara dengan suhu ruangan 28-30 derajat celcius. Jika bisa 30 derajat celcius.
“Model di sini belum ada induk. Ambil larva atau benih yang umur satu hari dari orang lain. Karena kami belum punya induk,” ucapnya.(*3)
(Laporan MARRIO KISAZ, Rumbai)