ROMA (RIAUPOS.CO) - Valentino Rossi adalah pribadi yang menarik dan hangat di mana pun dia berada. Baik saat di sirkuit maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dia juga seorang dengan pribadi yang bersahabat dan sangat perhatian.
Pengakuan itu disampaikan oleh salah satu mekanik yang selalu bersamanya, Alex Briggs. Dia mengungkapkan sikap yang membedakan The Doctor dengan pebalap hebat MotoGP yang lain.
Brigss bekerja sebagai mekanik Rossi selama 20 tahun mulai dari Honda, Yamaha, hingga Ducati. Sebelumnya pria asal Australia itu enam tahun bekerja sebagai mekanik Mick Doohan.
Briggs menganggap Rossi sebagai pembalap yang berbeda. Dalam wawancara dengan Monster Energy, Briggs mengaku terkesan sejak awal bertemu dengan Rossi.
"Doohan selalu ingin menang, bahkan balapan dari hotel ke sirkuit menggunakan mobil rental. Doohan ingin menang semua hal. Ketika Rossi bergabung pada 2000, dia sudah dua kali merebut juara dunia," ujar Briggs dikutip dari AS.
"Hanya dalam tiga hari, Rossi sudah tahu semua nama (kru, red) kami. Dia tahu apakah kami punya kekasih atau istri, apakah kami punya anak dan apa yang mereka lakukan. Dia sangat dekat dengan kami, dan itu hebat. Ada pebalap yang bekerja dengan tim untuk beberapa tahun, dan mereka bahkan tidak tahu nama atau keluarga mekanik," ucap Briggs.
Briggs juga mengaku tidak pernah melihat Rossi marah di garasi tim selama 20 tahun kerja bersama. Sesuatu yang dianggap Briggs harus dicontoh pebalap Petronas Yamaha, Fabio Quartararo, jika ingin sukses di MotoGP.
"Rossi semakin cepat jika dia senang. Dia suka bercanda, bercanda mengenai apa pun. Cara dia melakukan wawancara atau balapan, sama dengan cara dia menjalani hidup. Dia sangat lucu. Dia punya mental berpikir yang tidak pernah saya temukan. Dia mengendalikan semua hal. Saya tidak pernah melihat dia panik," ucap Briggs.
"Pembalap lain yang masih dalam tahap belajar, seperti Fabio Quartararo, harus tetap fokus untuk membuktikan diri dia bisa menang. Mental membalap adalah mereka yang mampu mengantisipasi apa yang akan terjadi," ujar Briggs.
Terakhir Briggs mengatakan tidak melihat Rossi marah kepada kru ketika kalah dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP seperti saat dikalahkan Nicky Hayden pada 2006 atau dari Jorge Lorenzo pada 2015.
"Yang saya banyak belajar dari Rossi adalah dia tidak pernah menyerah. Selama 20 tahun bersama kami melalui balapan yang fantastis dan juga buruk. Saya tidak pernah melihat dia, bahkan sekali saja, menendang tembok atau melempar helm," ucap Briggs.
"Bahkan usai kehilangan gelar juara dunia, dia tidak pernah kehilangan kontrol. Dia tetap menghormati kerja keras dan usaha orang-orang di sekitarnya," ujar Briggs.
Sumber: Crash/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun