DOHA (RIAUPOS.CO) - Brazil dan Swiss akan berebut satu tiket babak 16 besar Piala Dunia 2022 dari Grup G, Selasa (29/11) dini hari nanti (siaran langsung SCTV/mOji/Champions TV World Cup 1/Vidio pukul 23.00 WIB). Ini akan jadi ujian sulit bagi Brazil mengingat Swiss menjadi salah satu lawan berat mereka. Sembilan pertemuan sebelumnya menjadi warning bagi Selecao bahwa laga di Stadium 974 ini tidak akan mudah.
Dalam duel-duel mereka sejak 1950, skor akhir selalu ketat. Brazil dalam periode itu menang tiga kali. Sementara Swiss unggul dua kali. Empat pertandingan lainnya berakhir dengan hasil imbang. Skor seri itu termasuk dicatatkan kedua negara saat bersua di babak penyisihan grup Piala Dunia 1950 dan 2018. Di Piala Dunia 1950, Brazil dan Swiss bermain imbang 2-2.
Pada laga di Estádio do Pacaembu, Sao Paulo itu, Brazil dua kali memimpin lewat gol Alfredo dos Santos dan Oswaldo Da Silva atau yang lebih dikenal dengan Baltazar. Dua gol itu dibalas Jacquez Fatton. Sementara empat tahun lalu, pertemuan mereka berakhir imbang 1-1. Philippe Coutinho sempat membawa Brazil memimpin di babak pertama yang kemudian disamakan Steven Zuber.
Selain sejarah pertemuan, Brazil harus mewapadai Swiss karena mereka dipastikan tidak akan diperkuat Neymar dan Danilo yang cedera saat Tim Samba menang 2-0 atas Serbia. Dengan 75 gol yang sudah ia persembahkan untuk Brazil, jelas Brazil kehilangan besar seorang juru gedor.
Absennya Neymar membuat pelatih Brazil, Tite harus memutar otak. Tite memang membawa sembilan penyerang ke Piala Dunia, namun tidak mudah untuk menggantikan peran Neymar. “Kita berbicara tentang salah satu pemain terbaik di dunia. Sulit untuk menemukan orang lain di levelnya,” kata gelandang Brazil Casemiro dikutip dari Spectrum News, Ahad (27/11).
Opsi paling mudah bagi Tite adalah memainkan Rodrygo di posisi Neymar sebagai pemain nomor 10. Ia bisa bermain bersama Raphinha dan Vinícius Júnior untuk mendukung Richarlison.
Alternatif lain bagi Tite adalah menempatkan gelandang tambahan di posisi Neymar. Ia bisa memilih Fred, Bruno Guimaraes, atau Lucas Paqueta yang menjadi duet Casemiro saat melawan Serbia.
Gelandang serang lainnya, Everton Ribeiro juga bisa saja menjadi pilihan kejutan Tite untuk mengambil peran Neymar. Begitu juga dengan penyerang lainnya seperti Gabriel Jesus, Antony, Gabriel Martinelli, dan Pedro.
“Kami memiliki banyak pemain berkualitas dalam skuad yang dapat melakukan pekerjaan dengan baik untuk menggantikannya,” jelas Casemiro.
Casemiro sendiri memastikan absennya Neymar tidak akan mengubah pendekatan mereka menghadapi Swiss. “Terlepas dari tim lawan, yang terpenting adalah bagaimana kami akan memainkan permainan,” tegasnya di situs CBF.
“Masing-masing tim memiliki cara bermainnya sendiri. Tidak ada cara untuk mengatakan bahwa Serbia bermain seperti Swiss karena sistemnya tidak sama dan para pemainnya tidak sama,” lanjutnya.
Richarlison yang memborong dua gol kemenangan Brazil atas Serbia meminta timya tetap fokus. Bomber Tottenham Hotspur itu juga menegaskan ambisinya menambah pundi-pundi golnya.
“Sekarang ada enam pertandingan penting lagi. Jadi saya berharap untuk terus seperti ini, fokus. Kami telah mencetak dua gol dan saya akan mendapatkan lebih banyak, saya ingin lebih,” kata Richarlison yang mencetak sembilan gol dalam tujuh pertandingan terakhirnya bersama Brazil.
Di kubu Swiss, pelatih Murat Yakin tetap menghormati dan mengesampingkan kelemahan apa pun di tim Brazil meski mereka tanpa Neymar. Namun, Yakin yang diprediksi tidak akan melakukan perubahan starter memastikan timnya siap bertarung.
“Tim saya bugar dan siap. Kami menghadapi lawan yang, menurut saya, juga memiliki pemain kuat di bangku cadangan. Mereka pasti bisa mengorganisir dua atau tiga tim berbeda. Mereka tidak akan menjadi lebih lemah karena itu,” tegas Yakin di Sportbuzz.
Juru taktik La Nati itu mengingatkan anak asuhnya soal pentingnya bertahan dengan baik. “Melawan Brazil, kami pasti perlu menentukan tujuan pertahanan yang konkret. Dalam serangan kami harus bisa memanfaatkan peluang secara lebih efisien. Saya pikir pasti ada ruang untuk perbaikan di sana,” ujarnya.
Kapten sekaligus gelandang Swiss, Granit Xhaka menambahkan, timnya bisa mengalahkan siapa pun. Itu merujuk pada keberhasilan mereka mengalahkan tim-tim seperti Spanyol dan Portugal di UEFA Nations League dan Perancis di EURO 2020.
“Ini bukan keberuntungan. Dalam 10 atau 12 tahun terakhir kami telah berada di turnamen utama. Tim kami memiliki lebih banyak pengalaman daripada empat tahun lalu. Kami sudah memikirkan pertandingan berikutnya. Kami bisa mengalahkan siapa pun,” kata Xhaka di Gazeta Sportiva.
Tapi seperti pelatihnya, Xhaka percaya mereka harus menunjukkan performa terbaik untuk mengalahkan Brazil. “Mereka memiliki bakat besar, kualitas hebat. Tapi ini pertandingan 90 menit dan apa pun bisa terjadi. Kami harus sangat kompak dan tidak membuat kesalahan konyol agar tidak membayarnya,” ujarnya.(amr/jpg)