PALEMBANG (RIAUPOS.CO) - KETIKA dua servis Abdul Halim gagal menyeberang net, pelatih sepaktakraw Indonesia, Asry Syam, langsung menggantikannya dengan Victoria Eka Prasetya. Indonesia masih unggul 20-16 di set kedua ketika itu, namun permainan Korea Selatan (Korsel) sedang bagus dan sempat meraih empat angka dari 12-20 menjadi 16-20.
Ketika servis tekong asal Jawa Tengah (Jateng) itu gagal diambil oleh Lee Jun-Ho, seluruh isi GOR Ranau, Jakabaring Sport City, Palembang, Senin (27/8/2018) seketika bergemuruh. Para pemain langsung menjatuhkan diri sambil berteriak. Hampir dua ribu penonton yang selalu meneriakkan “Indonesia!” sejak awal pertandingan, langsung berteriak kegirangan.
Halim yang ada di luar lapangan, langsung lari ke dalam dan memeluk Victoria. Begitu juga Nofrizal dan Muhammad Hardiansyah, dua pemain inti lainnya, saling berpelukan dengan para pemain, pelatih, dan ofisial Indonesia lainnya. Kedudukan akhir 21-16 ini membawa tim sepaktakraw Indonesia nomor beregu maju ke final Asian Games 2018 setelah di set pertama menang dengan angka yang ketat, 21-19.
Di final, Indonesia harus menghadapi Malaysia (lagi), lawan yang dihadapinya di semifinal nomor tim regu. Malaysia lolos ke semifinal setelah menang mudah atas Singapura, 21-8 dan 21-8.
Lolosnya Indonesia ke final ini memang belum menghasilkan emas, namun setidaknya memecahkan dua kebuntuan lainnya. Di dua nomor putra sebelumnya, yakni tim regu dan tim dobel iven, Indonesia hanya meraih perunggu. Di tim regu, kalah 1-2 di semifinal dari Malaysia. Sedang di tim dobel iven kalah dari Laos di semifinal. Sementara satu-satunya nomor putri yang sudah dimainkan, tim regu, malah gagal ke semifinal karena dua kali kalah dari Myanmar dan Vietnam.
“Final ini seperti memecah kebuntuan. Kami fokus membuat strategi di final menghadapi Malaysia. Kami tetap optimis, tak ada yang tak mungkin,” ujar pelatih Indonesia, Asry Syam, di mixed zone seusai pertandingan.
Menurut Asry, Malaysia juga tak akan nyaman menghadapi Indonesia karena sesungguhnya merekalah yang berada dalam tekanan. Seperti diketahui, masuknya Malaysia di nomor ini terkesan dipaksakan karena dalam drawing dan jadwal awal yang sudah dibuat, Malaysia tak ikut di nomor regu. Malaysia hanya ikut nomor tim regu dan tim dobel iven.
Indonesia memprotes keikutsertaan Malaysia di nomor ini karena terkesan disembunyikan oleh Federasi Sepaktakraw Asia (ASTAF) dan Komite Olimpiade Asia (OCA). Tak ada drawing ulang, dan tiba-tiba nama Malaysia ada dalam daftar jadwal yang dikeluarkan dua hari sebelum pertandingan.
“Mereka (Malaysia, red) juga dalam tekanan karena hampir semua federasi sepaktakraw negara peserta tak setuju dengan cara Malaysia masuk di nomor ini,” ujar Asry.
Setelah nomor ini, perjuangan Indonesia masih ada di dua nomor lagi, yakni quadrant putra-putri, yang pertandingannya akan dimulai Selasa sore. Di pertandingan pertama, tim putri berhadapan dengan Korsel, sedang tim putra melawan Jepang.(eca)
(Laporan HARY B KORI’UN, Palembang)