PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kota Semarang dipilih sebagai pusat sentralisasi Pelatnas SOIna. Ini karena mereka memiliki fasilitas dan tahun lalu sukses sebagai penyelenggara PeSoNas. Selain itu mereka memiliki perhatian sangat baik terhadap anak bertalenta khusus.
Sebanyak 25 atlet bertalenta khusus dari 17 provinsi di Indonesia mengikuti Pelatnas ini. Mereka dipersiapkan untuk bertanding dalam Special Olympics World Games (SOWG) di Berlin-Jerman pada 17-25 Juni mendatang. Salah satu cabor yang diikuti adalah senam ritmik yang diwakili oleh atlet SOIna Provinsi Riau, Khairani dan Nur Hazizah.
Pengurus SOIna Riau yang diwakili Zulhaida Endriani MS SH MH dan Dra Elfabetta melihat secara langsung keseharian atlet bersosialisasi dengan sesama atlet, kemandirian atlet dan latihan atlet, Sabtu (27/5/2023). Dari informasi pelatih SOIna Riau Wa Ode Arni Tamara, jadwal latihan setiap hari Senin, Selasa, Kamis, dan Jumat. Sedangkan pada hari Rabu dan Sabtu, dua sesi dengan durasi 2 jam. Penimbangan berat badan dilakukan sebelum dan sesudah latihan.
"Untuk anak-anak down syndrome tidak terlalu menjadi persyaratan yang wajib untuk ukuran berat badan mereka. Yang penting baju senam yang digunakan tidak mengganggu aktivitas dalam berlatih. Berbeda dengan atlet elite yang harus dipantau berat badannya dan harus sesuai dengan persyaratan yang akan diikuti dalam setiap cabor,” ujar Wa Ode.
Dalam kunjungan ini, pengurus SOIna Riau juga menjumpai pelatih berpengalaman Elly Puji Kusumawati. Dia memiliki segudang prestasi antara lain pelatih kepala cabor senam ritmik, pelatih Jawa Tengah senam ritmik, juri internasional senam ritmik FIG brevet level 4 dan ketua Wimilia Gymnastics. Dia mengatakan, kalau untuk progresnya atlet memang saat ini sudah sangat bagus dan ada peningkatan dari segi hati dan mental.
“Ada beberapa gerakan yang memang kami koreksi secara detailnya, baik posisi badan, tangan dan kaki. Pada saat ini atlet sudah mulai menyesuaikan dan kurang detailnya sedikit saja. Kadang atlet lupa dengan suatu gerakan, jadi harus sering diingatkan lagi,” ujar Elly.
Terkait musik, ujar Elly, kalau misalnya kita sudah membiasakan peningkatan mental pertandingan, salah satunya seperti roll call panggilan kompetisi yang akan dilakukan di Jerman sudah kita biasakan, bagaimana mereka masuk lapangan, mendengar panggilan nama atlet dengan bahasa Inggris, cara keluar lapangan dan terkadang kita ada penonton bagaimana untuk memberi tepuk tangan.
“Di awal-awal latihan ketika ada penonton fokusnya terpecah. Apalagi nanti di Berlin akan banyak sekali penonton. Jadi dari situ kami juga sudah mempersiapkan mental atlet untuk menghadapi itu semua,” ujar Elly.
Elly juga optimistis 80 persen untuk atlet ini bisa tampil maksimal di Berlin.
“Karena di Berlin nanti akan ada divisioning, semoga atlet kita termasuk di dalamnya,” ujarnya.
Elly juga menjelaskan, kendala yang dihadapi selama ini adalah ketika atlet mengalami menstruasi. Pelatih juga mencatat siklus menstruasi masing-masing atlet. Kendala lainnya atlet spesial ini adalah mood-nya.
“Biasanya kita di hari Rabu dan Sabtu latihan itu 2 sesi. Dari perpindahan sesi 1 ke sesi 2 itu kalau sudah istirahat dan prosesnya sangat sulit karena mood itu tadi. Untuk membangun mood atlet itu agak lama, tapi secara garis besar semua kendala bisa diatasi,” jelasnya lagi.
Yang mengasyikan saat kunjungan ke Pelatnas SOIna ini adalah semua atlet berjoget bersama setiap selesai latihan. Ini terpancar di wajah mereka dengan harapan apa yang dilakukan mereka hari ini bisa membawa kebanggaan bagi SOIna Riau, keluarganya, dan masyarakat Indonesia.
Editor: Edwar Yaman