JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Sorak-sorai meriah mengiringi penampilan pasangan ganda campuran kita Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Tiap kali Owi/Butet bisa mencetak skor, teriakan penonton begitu membahana memenuhi Istora Gelora Bung Karno Jakarta. Jika gagal pun, penonton tidak putus memberi semangat.
“Owi... Butet... Owi... Butet... Terima kasih,” begitulah sorakan penonton bagi pasangan yang sudah jadi legenda Indonesia ini.
Sabtu (26/1) ketika Owi/Butet sukses mengakhiri pertandingan dengan kemenangan, penonton sontak berdiri dan memberikan tepuk tangan. Pandangan mata berkaca-kaca tidak dapat disembunyikan penonton, terlebih ketika Butet berkeliling lapangan sambil melambaikan tangan.
Momen tersebut sangat mengharukan. Bagaimanapun juga Indonesia Masters 2019 ini jadi turnamen penutup karir Butet. Atlet 33 tahun tersebut memutuskan untuk mundur dari dunia yang sudah digelutinya selama 24 tahun itu. Banyak yang tidak rela, kehilangan, dan segala macam perasaan sentimentil menggelayuti hati para badminton lovers Indonesia.
Tetapi Butet sudah bulat dengan keputusannya. Dalam salah satu sesi wawancara Jawa Pos (JPG), Butet mengaku sudah memikirkan ini sejak lama. Tepatnya setelah dia meraih medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 silam.
“Target utama saya adalah dapat emas di Olimpiade. Begitu dapat, otomatis motivasi dalam diri saya menurun. Untuk bangkit lagi di umur segini harus ada motivasi lebih,” kata Butet.
Setelah dapat medali, Butet sebenarnya ingin langsung berhenti dari karirnya sebagai pebulu tangkis. Namun ditunda atas permintaan berbagai pihak yang masih menginginkannya untuk membela negara di beberapa turnamen. Sekaranglah saat yang tepat.
“Orang tua saya mengiyakan keputusan ini. Sudah waktunya bagi saya untuk pensiun,” ujar wanita yang identik dengan potongan rambut cepak tersebut.
Rasa kehilangan tidak hanya dirasakan pecinta bulu tangkis tanah air. Para pemain baik dalam maupun luar negeri merasakan hal yang sama. Sosoknya sangat fenomenal. Sudah tidak terhitung sebanyak apa prestasi yang pernah dicetaknya untuk mengharumkan nama bangsa. Mulai dari kejuaraan tingkat Asia sampai dunia sekelas Olimpiade.
“Liliyana adalah pemain yang sangat bagus di ganda campuran. Selalu sulit ketika menghadapinya. Saya sedih dia memutuskan pensiun, tapi semoga yang terbaik untuk dia,” kata Lee Yong Dae, pebulu tangkis ganda putra Korea.
Tidak hanya Lee, pasangan Tiongkok Zhang Siwei/Huang Yaqiong pun turut bersuara atas keputusan Butet untuk pensiun. “Dia lawan yang tangguh dan bisa diandalkan oleh Indonesia,” ucap Huang yang diiyakan oleh patnernya.
Para junior Butet di pelatnas juga merasakan kehilangan yang sama. Secara kompak mereka mengatakan jika Butet sosok yang sangat peduli dan sering memberi masukan kepada pebulu tangkis muda. “Bulu tangkis Indonesia kehilangan sosok legenda,” komentar pemain tunggal putra Jonatan Christie.
Tetapi di antara semua sosok, tentu saja Owi yang paling merasakan kehilangan tersebut. Dia adalah patner Butet sejak 2010 silam. Bersama Butet, mereka mengukir banyak cerita, baik suka maupun duka. Mereka pula yang jadi ikon Indonesia di ganda campuran yang hingga kini tidak tergantikan. “Nggak ada yang kayak Ci Butet,” ungkap Owi.
Saking melegendanya sosok Butet, hari ini pihak PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) sampai mengadakan farewell party. Semua pihak yang coba dikonfirmasi JPG masih merahasiakan detail acara tersebut. Namun, menurut Butet, dirinya nanti akan memberikan kata-kata perpisahan kepada siapapun yang telah mendukungnya sampai jadi seperti dia yang sekarang.
“Ini pertama kalinya saya akan ucapkan perpisahan. Tegang, karena saya harus persiapkan apa yang saya akan bicarakan. Untung sambil main jadi lebih enjoy, kalau nggak pasti lebih tegang,” terang atlet asal Manado, Sulawesi Utara itu.(feb/jpg)