Uang Saku Telat Jadi Masalah Kegagalan di Sea Games

Olahraga | Selasa, 24 Desember 2013 - 07:25 WIB

NAYPYITAW (RP) - Urusan dapur atlet yang sering tak mengepul sedikit banyak mempengaruhi performa di lapangan pertandingan.

Ya, secara psikologis tak lancarnya uang saku sering membuat atlet kurang fokus di gelanggang pertandingan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Tahun ini saja, penundaan uang saku atlet terjadi tiga kali. Dan pembayaran uang saku biasanya malah ditumpuk atau dirapel dua sampai tiga bulan langsung.

Padahal perlu uang sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya.

Koordinator cabor terukur Satlak Prima Hadi Wihardja menyebutkan banyak keluhan soal lambatnya uang saku ini.

Jadi, ketika hendak menyalahkan performa atlet di SEA Games XXVII Myanmar ini, hendaknya pemerintah berkaca dulu. Sudahkah hak para atlet dibereskan tepat waktu.

‘’Secara psikologis aspek-aspek itu pasti mengganggu persiapan atlet. Ibarat pekerja yang bekerja tapi tidak dibayar, hasilnya mereka tidak akan bisa optimal,’’ kata Hadi.

Tak hanya soal uang saku, masalah peralatan latihan yang menunjang performa para atlet juga tak dilakukan. Alat latihan atlet hingga keberangkatan ke SEA Games ini bahkan belum juga didapat.

‘’Itulah dia. Kita ini dari tahun ke tahun selalu saja sama masalahnya. Tak punya rencana panjang. Kita yang di bidang eksekutif atau bidang pelaksanaan di lapangan tak bisa berbuat banyak kalau sudah masalah uang lalu merembet ke mental,’’ ucap Hadi.

Permasalahan alat latihan yang macet ini sebenarnya sudah mendapat perhatian dari staf khusus Menpora bidang olahraga Ivana Lie.

Sebelum pemberangkatan atlet ke Myanmar, akhir Desember lalu Ivana menemui Kasatlak Prima Surya Dharma untuk membahas kelambatan alat-peralatan itu.

Surya ketika ditanya soal pembahasan alat-peralatan yang tak kunjung beres mengatakan sedang diperbaiki sistemnya untuk tahun depan. Menjelang Asian Games, akan ada pembenahan sistem dalam penyaluran alat peralatan.

Sementara itu, salah satu atlet yang enggan disebutkan namanya menyebutkan sejauh ini PB atau PP lebih banyak nomboki. Meski jumlah tak sebesar uang saku, namun peran PB atau PP sangat besar dalam menyelamatkan dapur para atlet ini.

‘’Akan sangat terasa kalau atlet ini biasanya sudah berumah tangga dan punya anak. Apalagi tak semua atlet punya pegangan berstatus PNS,’’ tutur atlet tersebut.(dra/ren/aga)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook