JAKARTA (RP) - Penilaian konfederasi sepakbola Asia, AFC, untuk kepastian jatah di Liga Champions Asia (LCA) akan diketahui Rabu (23/10) hari ini.
Jika memenuhi, maka Indonesia bisa mengirimkan satu wakil di LCA dan harus memulai dari babak play-off.
CEO PT LPIS Widjajanto mengatakan bahwa pada hari ini perwakilan dari AFC akan datang ke Indonesia untuk berbicara tentang LCA dan lisensi klub profesional.
“Besok (hari ini, red) AFC akan prersentasi dan menjelaskan tentang slot LCA dan metode assessment klub di kompetisi AFC ,” katanya, Selasa (23/10).
Karena itu, persiapan panjang Semen Padang bisa buyar jika ternyata poin penilaian untuk Indonesia agar memeliki wakil di LCA tak mencukupi.
Meski masih belum dipastikan, juara Indonesia Premier League (IPL) musim lalu, Semen Padang mengaku sudah dihubungi LPIS jika tak bisa tampil di LCA.
“Kabar itu baru kita terima dari Widjajanto. Kami sampai saat ini belum mendapatkan surat pembatalan resmi dari AFC. Kami menunggu keputusan AFC,” kata CEO Semen Padang Erizal Anwar saat dihubungi, Selasa (23/10).
Alasan yang membuat Kabau Sirah, julukan Semen Padang tidak bisa tampil di LCA adalah tidak memenuhi kriteria klub yang layak bertanding di LCA.
Bahkan, meski pihaknya telah mencoba menggunakan Stadion Utama Riau yang berstandar internasional, namun persyaratan belum cukup.
Untuk itu, dia berharap jika memang tak bisa tampil di LCA, paling tidak Semen Padang bisa turun di AFC Cup, kasta kedua kompetisi antra klub Asia.
“Jika memang tidak bisa setidaknya bisa tampil di AFC Cup. Kami tak perlu ke Riau, kami gunakan stadion kami sendiri (Stadion H Agus Salim),” ujarnya.
Peluang Indonesia untuk bisa mendapat jatah tampil di play-off LCA memang tipis.
Jika berdasarkan penilaian terakhir, poin Indonesia hanya 288,7, sedikit di atas batas minimal sebuah negara bisa diwakili klub untuk play-off LCA.
Pada kompetisi musim depan, penilaian Indonesia baru akan diumumkan hari ini. Bisa jadi, Indonesia tak terwakili di LCA jika penilaian 11 aspek dari AFC kepada Indonesia ternyata kurang dari 250 poin.
Kemungkinan itu cukup besar karena selama satu tahun lalu Indonesia sempat mengalamai banyak masalah terutama dalam organisasi.
Selain itu, dari sisi marketing dan skala bisnis kompetisi poinnya juga bakal tergerus. Belum lagi dari penilaian Stadion yang dipergunakan oleh klub-klub.(aam/das)