MADRID (RIAUPOS.CO) - Tidak pernah ada hal yang lebih buruk dihadapi Honda di MotoGP daripada saat ini. Tiga dari empat pembalap yang dikontrak Honda saat ini sedang mencari jalan keluar untuk pindah ke tim lain musim depan.
Satu-satunya rider yang "terpaksa bertahan" adalah Taka Nakagami. Karena dia berutang karir MotoGP-nya kepada Honda. Selain itu, satu-satunya tim satelitnya saat ini LCR sedang didekati oleh KTM.
Dengan semua hal tersebut, tidak mengherankan jika banyak orang yang mulai berspekulasi terkait masa depan Honda di MotoGP. Namun, dengan balapan yang menjadi bagian dari DNA perusahaan Jepang itu sejak awal berdirinya, apakah mungkin kita akan melihat MotoGP tanpa lambang sayap mengepak?
Saat ini, Honda menghuni posisi keempat klasemen sementara konstruktor MotoGP. Hanya satu posisi di tas Yamaha yang tak terpuruknya kondisinya saat ini.
Repsol Honda berada di urutan terakhir klasemen tim pabrikan. Tim ini tidak pernah finis di posisi 10 besar pada balapan reguler Minggu musim ini. Posisi ke-11 Joan Mir di Portimao adalah yang terbaik yang pernah diraih.
Di klasemen pembalap, cedera membuat Marc Marquez dan Joan Mir mengalami musim yang tak kalah sulit. Sang juara dunia MotoGP enam kali berada di urutan ke-19 dan Mir yang memenangkan gelar juara dunia 2020 berada terjerembab di posisi ke-26.
Hanya Alex Rins yang berhasil memenangi satu balapan kejutan di Circuit of the Americas (COTA) dengan motor satelit LCR. Saat ini bertengger di urutan ke-13. Dan ia belum pernah mencetak poin sejak akhir pekan yang luar biasa di Austin tiga bulan lalu itu.
Kemenangan di Grand Prix Emilia Romagna 2021 pada Oktober lalu, adalah kali terakhir Marquez berdiri di podium teratas. Di luar statistik buruk di klasemen, ada cerita lain yang tak kalah mengenaskan. Daftar panjang pembalap yang tertimpa cedera akibat kesulitan menaklukkan RC213V.
Marquez mengalami patah tulang dua kali, pertama pada seri pembuka di Portimao dan sekali lagi di Sachsenring- trek yang memberinya status tak terkalahkan.
Sementara Mir telah melewatkan beberapa balapan akibat kecelakaan di Mugello. Dan, yang terburuk, Rins telah absen dalam beberapa balapan dan tampaknya akan absen lebih lama meskip sudah melewati jeda musim panas selama lima pekan setelah mengalami patah kaki di Mugello bulan lalu. Hasil dari semua itu adalah berbagai rumor tentang kepergian mereka dari Honda.
Rins ramai dikabarkan bakal pindah ke Yamaha meski masih terikat kontrak dengan LCR hingga 2024. Tim LCR sendiri juga dilaporkan sedang bernegosiasi dengan KTM untuk meninggalkan Honda setelah hampir dua dekade bermitra MotoGP.
Mir dilaporkan sedang dalam pembicaraan dengan Gresini Ducati untuk melakukan hal yang sama. Sebuah langkah yang akan menyatukannya kembali dengan kepala krunya saat memenangi gelar MotoGP 2020 lalu, Frankie Carchedi.
Dan Marquez, bintang utama Honda, menolak untuk menyangkal rumor yang mengatakan bahwa dia sedang berbicara dengan tim lain. Dan, bos tim Alberto Puig telah mengonfirmasi bahwa Honda tidak akan menahannya jika dia ingin pergi.
Ini adalah gambaran suram keadaan Honda sekarang. Namun, apakah hal tersebut cukup untuk mematahkan tekad perusahaan yang seluruh mantranya adalah balapan sejak awal berdirinya?
Didirikan oleh Soichiro Honda pada tahun 1946 dan memproduksi sepeda motor pertamanya tiga tahun kemudian pada tahun 1949. Honda kali pertama memutuskan untuk terjun ke dunia balap pada 1954.
Mereka mengirimkan sebuah tim untuk tampil debut di Isle of Man TT. Kemudian baru mewujudkannya pada 1959. Sebuah ajang di mana mereka berhasil meraih gelar juara tim setelah meraih posisi keenam hingga kedelapan dan ke-11 di kelas 125cc.
Kesuksesan yang tak terduga sungguh meningkatkan nama Honda. Tidak lama kemudian Soichiro Honda mengucapkan kalimatnya yang terkenal: "tanpa balapan, Honda tidak ada.'' Sebuah mantra yang masih dipegang teguh sampai saat ini.
Namun, terlepas dari romantisme dan komitmennya terhadap balap, ada alasan lain mengapa Honda bisa mundur dari MotoGP: finansial.
Alasan ini pula yang membuat MotoGP khawatir Honda akan mengikuti jejak Suzuki.
Apapun alasannya. Honda yang menjual 19 juta unit motor per tahun di seluruh dunia selalu menggantungkan grafik penjualannya pada ajang balapan. Sukses atau tidak. Honda adalah balap, dan balap adalah Honda bagi jutaan orang. Meskipun hal ini terus berlanjut, namun tidak akan berhenti.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman