WUHAN (RP) - Lolos ke semifinal dan final sudah tradisi bagi tim Thomas Indonesia. Tapi, tradisi itu patah pada 2012.
Itu setelah Merah Putih menyerah 2-3 dari Jepang pada babak perempat final Piala Thomas yang dilaksanakan di Wuhan Sports Gymnasium Center, Wuhan, Cina, Rabu (23/5). Nasib yang sama juga dialami Tim Uber, yang harus takluk dari Jepang skor 3-2 beberapa jam setelahnya.
Para pertandingan tim Thomas kemarin, kekalahan Dionysius Hayom Rumbaka 14-21, 19-21 dari tunggal ketiga Jepang Takuma Ueda membuat Indonesia gagal menantang Cina pada babak semifinal.
‘’Saya sudah berusaha semaksimal mungkin di lapangan. Tapi, lawan berhasil mendikte permainan saya dan terus menekan dengan memainkan bola-bola bawah,’’ kata Hayom setelah pertandingan.
Ia mengatakan sudah mengerahkan semua kemampuan untuk bisa membawa Indonesia lolos ke semifinal. Sayang, usahanya belum membuahkan hasil. ‘’Istilahnya, kalau memang harus mendapat kartu kuning pun, saya sudah menempuh cara itu,’’ sambung Hayom.
Kekalahan Hayom membuat kepala semua pebulutangkis dan ofisial Indonesia tertunduk lesu. Sebelum partai Hayom versus Takuma Ueda, Indonesia dan Jepang berbagi angka 2-2.
Poin Indonesia disumbangkan tunggal pertama Simon Santoso yang menang atas Sho Sasaki dua game langsung 22-20, 21-14. Satu poin lainnya lahir dari ganda kedua Indonesia M. Ahsan/Alvent Yulianto yang sukses menumbangkan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa 21-17, 21-13.
Sementara, dua poin Jepang disumbangkan tunggal kedua Kenichi Tago yang menang mudah atas Taufik Hidayat 21-12, 21-17. Ganda pertama Indonesia Markis Kido/Hendra Setiawan juga gagal menyumbangkan poin setelah dibuat babak belur oleh Noriyasu Hirata/Hirokatsu Hashimoto 16-21, 18-21.
Manajer tim Thomas-Uber Indonesia M Feriansyah mengatakan, faktor utama kekalahan timnya adalah kelelahan para pebulutangkis. Kondisi tersebut diperparah dengan kinerja panitia kejuaraan yang jauh dari kata profesional.
‘’Hasil drawing saja baru selesai jam satu malam, sementara kami diharuskan memberikan line up ke panitia jam tujuh pagi. Ini yang membuat semuanya berlangsung tergesa-gesa,’’ keluhnya.
Feriansyah mengakui, Taufik Hidayat dkk telah menunjukkan perjuangan maksimal untuk tanah air. ‘’Ini adalah sebuah kompetisi. Menang dan kalah itu adalah sesuatu yang lumrah,’’ ucapnya.
Indonesia kali terakhir menjadi juara Piala Thomas pada 2002. Setelah itu, pencapaian paling tinggi adalah runner-up pada 2010.
Tim Uber Senasib
Kegagalan di ajang Piala Thomas juga merembet ke Piala Uber. Lagi-lagi Jepang yang jadi pengganjal ambisi Merah Putih menembus babak semifinal.
Rabu (23/5) malam, Jepang menundukkan Indonesia dengan skor 3-2. Ini semakin memperpanjang dahaga gelar di sektor beregu putri tersebut.
Tapi, perjuangan para pebulu tangkis putri Indonesia layak dapat apresiasi. Sempat tertinggal 0-2, Indonesia mampu menyamakan kedudukan.
Dua kekalahan awal dialami Maria Febe Kusumastuti dan pasangan Greysia Polii/Meiliana Jauhari. Febe, sapaan karib Maria Febe Kusumastuti takluk dua game langsung 14-21, 10-21.
Sementara, Greysia /Meiliana menyerah tiga game 18-21, 21-15, 19-21 dari Mizuki Fujii/Reika Kaiiwa.
Untung, kekalahan di dua partai awal tak menyurutkan semangat Adriyanti Firdasari. Dia menang 21-13, 20-22, 21-14 atas Eriko Hirose. Sukses ini dilanjutkan Anneka Feinya Agustine/Nitya Krishinda Maheswari yang menghentikan perlawanan Mami Naito/Shizuka Matsuo 21-11, 21-17.
Sayang, Lindaweni Fanetri gagal menjadi penentu Indonesia lolos ke semifinal. Dia harus menyerah 21-19, 13-21, 17-21 dari Minatsu Mitani.
Kali terakhir, Indonesia menjadi juara pada 1996. Saat itu, Merah Putih masih diperkuat Susi Susanti. Sayang, setelah era Susi habis dan Mia Audina hengkang ke Belanda, Indonesia tak bisa banyak bicara di sektor beregu putri. Bahkan, pada babak kualifikasi di Makau pada Februari lalu, Adriyanti Firdasari dkk nyaris tak lolos karena hanya sampai babak kedua.(dik/diq/jpnn)