FINAL LIGA CHAMPIONS 2013

Rivalitas Pelatih

Olahraga | Kamis, 23 Mei 2013 - 11:38 WIB

Rivalitas Pelatih
Jupp Heynckes (Bayern Munchen) dan Juergen Klopp (Borussia Dortmund) akan adu strategi dalam final Liga Champions UEFA 2013 di Stadion Wembley, London pada 25 Mei 2013. Grafis: Riau Pos

Laporan JPNN, London

Berbeda generasi, berbeda karakter dan kepribadian, seperti itu pulalah rivalitas antara Jupp Heynckes (Bayern Munchen) versus Juergen Klopp (Borussia Dortmund) dalam final Liga Champions di Stadion Wembley, London, akhir pekan ini (25/5). Klopp adalah sosok yang santai dan tak jarang melempar joke di hadapan media saat konferensi pers.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Namun di pinggir lapangan, attitude Klopp bisa berubah 180 derajat. Pelatih 45 tahun itu bak gunung vulkanik yang memuntahkan lahar karena tak mampu menahan emosinya. Ingat bagaimana adu mulut Klopp dengan Matthias Sammer di Signal Iduna Park awal bulan ini (4/5). Sammer adalah Direktur Olahraga Munchen yang sekaligus mantan bintang Dortmund.

“Ketika saya melihat diri saya di televisi, kadang-kadang saya tidak mengenali diri saya sendiri,” kata pelatih yang akrab disapa Kloppo itu seperti dilansir Ruhr Nachrichten.

Sosok Klopp yang nyentrik, berjiwa pemberontak, dan menomorsekiankan sopan santun jelas berbeda dengan Jupp Heynckes. Pelatih yang 23 tahun lebih tua dari Klopp itu memiliki pembawaan yang lebih tenang serta penuh konsentrasi saat menjawab pertanyaan para wartawan. Kadang tanpa emosi. Walaupun tidak meraih simpati dari media maupun fans, sosoknya dihormati. Heynckes sekaligus dikenal sebagai pelatih yang gila disiplin.

“Disiplin sangat penting dalam kehidupan. Sikap ini dituntut oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan Anda, sama seperti sepakbola,” kata pelatih tertua yang pernah memenangi Bundesliga itu.

Klopp, sekalipun terkesan santai, sebenarnya juga mengutamakan disiplin kepada anak asuhnya. Hanya, memang tidak terlalu kelihatan karena Klopp sebagai pelatih generasi muda masih bisa fleksibel. Hal itu juga tecermin dalam strateginya. Ketika dipercaya menangani Dortmund pada 2008, Klopp tak langsung membual kepada fans bakal menghadirkan banyak kemenangan atau gelar. Klopp hanya menjanjikan sebuah permainan sepakbola yang enak ditonton dan belum pernah disuguhkan klub lainnya.

Vollgasveranstaltungen. Begitulah kosakata yang diberikan Klopp untuk permainan Dortmund yang diraciknya. Permainan yang dianggap lulusan diploma jurusan sport science Goethe University Frankfurt itu harus dimainkan dengan soul (jiwa) dan passion (senang, menikmati dan semangat).

“Sebuah tim harus bermain maksimal dan memberikan kemampuan terbaiknya. Itulah yang ingin orang lihat di stadion. Itu bisa dilakukan tanpa memerlukan pemain seperti Xavi Hernandez atau Cristiano Ronaldo karena strategi saya berdasarkan kemampuan pemain yang saya miliki,” papar Klopp yang memperkenalkan taktik gegenpressing atau serangan balik dengan maksimal 34 langkah dari posisi striker Robert Lewandowski sampai bek Mats Hummels itu.

Sedangkan Heynckes lebih dikenal sebagai pelatih textbook. Heynckes bisa menghabiskan 5-6 jam sesi diskusi dengan tim hanya untuk menganalisa lawan plus menonton rekaman pertandingan. Eks pelatih Real Madrid itu menganggap lawan lah yang harus mengikuti ritme permainan timnya.

“Kami tidak harus mengubah sistem yang sudah kami miliki. Anda bisa melihat kedatangan Javi Martinez, Mario Mandzukic, dan Dante musim ini. Mereka datang bukan untuk mengubah sistem,” jelas Heynckes.(dns/ted)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook