KALAH DI FINAL

Ginting Kesal Karena Melakukan Kesalahan yang Berulang

Olahraga | Minggu, 22 September 2019 - 19:17 WIB

Ginting Kesal Karena Melakukan Kesalahan yang Berulang
Anthony Sinisuka Ginting dan Kento Momota di podium China Open 2019. (PP PBSI)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Anthony Sinisuka Ginting gagal mempertahankan gelar China Open. Dalam pertarungan final yang sangat luar biasa di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzhou, hari ini (22/9), Ginting dibekuk pebulu tangkis nomor satu dunia, Kento Momota.

Ginting kalah dalam rubber game dengan skor 21-19, 17-21, dan 19-21 dalam tempo 1 jam dan 31 menit.


Kekalahan pada turnamen prestisius berlabel BWF Super 1000 tersebut memperpanjang rekor buruk Ginting melawan Momota. Pemain 22 tahun kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu, kalah enam kali beruntun di tangan Momota. Total, secara head-to-head pemain asal Jepang tersebut memimpin jauh 10-3.

Pada tahun ini saja, Ginting kalah lima kali beruntun dari Momota. Sebelum bertemu di final China Open, Ginting dan Momota berduel di partai puncak Singapore Open (Super 500). Sama seperti hari ini, pada laga final yang berlangsung 14 April tersebut, Ginting juga kalah dalam rubber game.

Tetapi, walaupun kalah, Ginting menunjukkan permainan yang sangat luar biasa. Pada game pertama, Ginting melakukan defense dahsyat. Punya fokus, ketenangan, dan memainkan strategi yang amat luar biasa. Pada poin-poin penting, Ginting tak melepaskan kesempatan untuk merebut game pertama.

Sayang, pada game kedua, Ginting terlalu banyak membuat kesalahan sendiri. Ginting sempat tertinggal 7-11, tetapi bisa menyamakan kedudukan menjadi 12-12. Tetapi sayang, saat kedudukan 14-14, Ginting bermain sangat terburu-buru hingga Momota mencetak lima angka beruntun untuk mengambil game kedua.

“Saya ragu. Ragu itu muncul dari pikiran yang tidak dikontrol. Jadi saya coba balik fokus, yang penting siap capek dulu. Waktu itu saya coba ubah strategi dan banyak dapat poin. Tapi saya ketinggalan terlalu jauh, sehingga Momota sudah antisipasi dan kembali ke pola awal,” kata Ginting dalam siaran pers PP PBSI kepada Jawa Pos.

Pada game ketiga, perjuangan Ginting juga luar biasa. Pada awalnya, Ginting tertinggal 3-9, tetapi bisa mengejar. Lalu tertinggal lagi 8-12 dan Ginting bisa mengejar lagi. Saat situasi kritis, Ginting berada di belakang dengan skor 15-19. Namun yang dahsyat, dia bisa bangkit dan menyamakan kedudukan menjadi 19-19.

Sayang, dua kesalahan pada momen yang sangat penting membuat Ginting gagal mempertahankan gelar.

“Memang ketat pertandingannya, waktu ketinggalan 3-9 di game ketiga, memang saya banyak mati sendiri. Waktu ketinggalan itu saya pikir ya coba saja, kan belum game,” kata Ginting.

“Semua ragu dibuang saja, yang penting saya coba dulu. Di akhir itu, saya memang kesal sendiri karena keulang lagi bikin kesalahan,” imbuhnya.

Indonesia sendiri memastikan gelar ganda putra lewat All Indonesian Final yang mempertemukan pasangan nomor satu melawan ganda nomor dua dunia; Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo vs Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook