PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Mulyadi Simatupang merupakan sosok penting di manajemen PSMS Medan musim 2019. Mulyadi bukanlah orang asing di Bumi Lancang Kuning, Meski berdarah batak dengan puak Simatupang dan dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara tapi bapak tiga anak ini tidak bisa dipisahkan dari Riau dan Kepulauan Riau.
Di Pekanbaru Mulyadi kuliah Fakultas Perikanan Universitas Riau ( Faperi Unri) tahun 1989-1993. Selama kuliah ia aktif menyalurkan bakatnya sebagai pemain sepakbola bersama Philep Hansen (mantan pelatih PSPS), Wan Anhar (eks PSPS), Zainuddin A Karim dan lainnya.
Bakatnya inilah yang mengantarkan Mulyadi muda tercatat sebagi pemain di tim sepakbola Riau pada PON XIII 1993, kemudian bersama PS Unri menjadi juara nasional invitasi sepakbola antar perguruan tinggi se-Indonesia di Malang 1990. Dan ia juga tercatat sebagai salah satu pemain PSPS pada 1989-1993.
“Ini noslalgia buat saya. Jujur, Riau, khususnya Pekanbaru adalah bagian dari sejarah perjalan hidupku.Di Pekanbaru saya kuliah, menjadi pemain bola dan menemukan pasangan hidup,” kata Mulyadi, Jumat (21/6).
Kata Mulyadi, banyak kenangan yang tak terlupakan, terutama keseruan bermain sepakbola dari kampung ke kampung atau yang dikenal tarkam. Mulai Kampar, Bangkinang, Rengat, Telukkuantan, Tembilahan termasuk Kepulauan Riau sebelum berpisah menjadi provinsi.
“ Ya di Bumi Lancang Kuning ini aku berjodoh membangun keluarga tahun 1998 istri asal Tanjung Balai Karimun (dulu masih Provinsi Riau, red) yang sama-sama kuliah. Terlalu banyak kalau saya ceritakan apa yang sudah didapat di Pekanbaru ini yang sudah kuanggap dan menjadi bagian hidupku juga,” katanya.
Datang selaku manajer PSMS yang pertama sekali ingin diucapkan adalah permohonan maaf sebesar-besarnya dengan masyarakat Riau khususnya Pekanbaru.
“Datang kali ini sebagai manager PSMS, tentunya saya tak mampu mengungkapkan perasaanku terhadap kota ini dan masyarakatnya,’’ ujarnya.
‘’Ini bukan nostalgia biasa. Saya hanya berharap biarlah ranah olahraga ini kita berbicara sportivitas. Jangan bicarakan perasaan karena apapun itu dimanapun dan sampai kapanpun kota ini dan masyarakatnya tidak bisa kulupakan. Silaturahmi tetap terjalin,” ujarnya.(das)