Laporan JPNN, Marseille
INTER Milan sedang berada pada periode kelamnya. Mereka telah tersingkir di Coppa Italia dan terpuruk di peringkat ketujuh Serie A Italia. Makanya, Liga Champions menjadi harapan satu-satunya Inter untuk berjaya musim ini. Masalahnya, itu tidak akan mudah. Setelah menelan tiga kekalahan beruntun di Serie A, sekarang mereka harus melawat ke Stade Velodrome, menantang tuan rumah Olympique Marseille pada first leg babak 16 besar Liga Champions (siaran langsung RCTI pukul 02.30 WIB). Ujian berat bagi tim berjuluk Nerazzurri itu.
Bicara reputasi, tentu Inter di atas angin ketimbang Marseille. Tetapi, bila menilik kondisi terkini, sepertinya berlebihan untuk mengunggulkan Inter. Mereka menantang tim yang sedang stabil. Marseille tidak terkalahkan dalam 15 laga terakhir di semua ajang.
Mereka juga punya catatan mantap ketika bersua Nerazzurri. Dalam dua bentrok sebelumnya, Marseille selalu menang. Itu terjadi pada perempat final Piala UEFA 2003-2004. Marseille selalu menang 1-0 pada laga kandang maupun tandang.
“Mereka memang sedang berada pada periode negatif, tetapi saya tahu bahwa nanti saya tidak akan bertemu dengan tim yang sama dengan beberapa pekan terakhir saya lihat. Mereka akan bangkit,” kata Didier Deschamps, pelatih Marseille seperti dikutip Reuters.
“Serie A sudah habis buat mereka. Terlalu sulit untuk mengejar para pesaing. Jadi, mereka tinggal punya Liga Champions. Memang, mereka tidak bisa menyelesaikan masalah dalam semalam, tetapi mereka adalah tim Italia yang pantang menyerah,” ujar Deschamps.
Deschamps yang pernah berkarir di Italia sebagai pemain dan pelatih bersama Juventus menyadari betul betapa bahayanya Inter dalam kondisi sulit sekalipun. Inter diibaratkannya sebagai raksasa yang sedang terluka. Tetap berbahaya.
Apalagi menjamu Inter, Marseille kehilangan striker andalannya Loic Remy yang mengalami cedera hamstring. Dia dipastikan absen dini hari nanti. Untunglah, Andre-Piere Gignac sudah pulih, tetapi belum akan dimainkan sebagai starter.
Inter yang sedang buruk di kompetisi domestik tidak mau menular ke Eropa. “Kami tetap kompak dalam menghadapi masa sulit ini. Terkadang itu sangat menyakitkan. Tetapi, kami akan menunjukkan karakter kami,” kata Claudio Ranieri, pelatih Inter seperti dikutip AFP.
Ranieri juga sedang dibingungkan dengan opsi harus memainkan atau meninggalkan Wesley Sneijder di bench pemain. “Dia bukan bagian dari masalah tim ini, tapi bila berada pada kondisi yang tepat. Saya pikir tugas saya membuat pemain istimewa bisa berkontribusi,” katanya.
Tuntutan harus menang dari para fans yang sudah jenuh dengan performa Inter dan juga satu-satunya peluang tersisa membuat Ranieri akan habis-habisan. Mereka tentu tidak ingin presiden Inter Massimo Moratti kembali meninggalkan tribun saat laga belum bubar.
“Saya sudah meminta maaf kepadanya (Moratti) dan para fans. Kami tidak boleh lupa bahwa presiden telah mengeluarkan banyak uang. Dia meminta kami untuk tetap menjadi tim hebat dan harus kembali menang,” kata Ranieri.
Inter juga sekarang mendapatkan suntikan tenaga dengan pulihnya striker Diego Forlan yang kebetulan baru didaftarkan ke skuad Liga Champions sejak Januari lalu. Kapten timnas Uruguay itu bisa menjadi alternatif bila Diego Milito atau Giampaolo Pazzini mentok.
Forlan memiliki motivasi besar karena absen pada penyisihan grup karena cup-tied. Dia sudah bermain di level Eropa membela Atletico Madrid. “Saya sudah kangen bermain di Liga Champions. Kami juga sangat fokus melewati situasi sulit ini,” ujar Forlan seperti dikutip Goal.(ham/ted)