MONAKO (RIAUPOS.CO) - Titik balik Novak Djokovic dari bayang-bayang meninggalkan dunia tenis akibat frustasi lantaran cedera panjang lantas bangkit merengkuh tiga gelar grand slam berturut-turut mengantar petenis Serbia ini merengkuh gelar tertinggi Laureus World Sports Awards 2019. Ini menjadi kali keempat sepanjang karir Djokovic meraih penghargaan Laureus Sportman of the Years yang merupakan ajang Oscar-nya dunia olahraga tersebut.
Di edisi ke-20 ini Djokovic menyingkirkan nama-nama besar lain yang juga menjadi kandidat juara. Mereka adalah pesepakbola tim nasional Prancis Kylian Mbappe, pembalap Formula 1 Lewis Hamilton, pelari maraton Eliud Kipchoge, pesepakbola Kroasia Luka Modric, dan bintang NBA LeBron James.
Untuk kategori putri, pesenam Amerika Serikat Simone Biles ditahbiskan membawa pulang penghargaan Sportwoman of the Year. Itu setelah pesenam 21 tahun tersebut tampil laura biasa dengan menggondol empat emas, satu perak, dan satu perunggu dalam Kejuaraan dunia Senam 2018 di Doha, Qatar pada November lalu.
Sebelum merengkuh penghargaan ini di 2019, Djokovic juga pernah meraih award yang sama yakni pada 2016, 2015, dan 2012. Sementara bagi Biles ini menjadi gelar kedua setelah sebelumnya mendapat penghargaan serupa pada 2017.
“Laureus Award adalah penghargaan yang diinginkan setiap atlet di dunia ini,” ucap Djokovic dalam sambutan pemberian trofi tersebut di Monte-Carlo Sporting dilansir AFP. “Berada di tengah-tengah para olahragawan terbaik dunia malam ini adalah sebuah kebanggaan. Ini gelar yang sangat spesial,” tambah petenis 31 tahun tersebut.
Langkah Djokovic untuk bangkit dan kembali menduduki ranking satu dunia seperti saat ini sama sekali tidak mudah. Dia juga berujar, sempat terfikir untuk pensiun karena tak kunjung pulih dari cedera siku kanan yang terus mengganggu performanya.
Tahun lalu dia masih terlempar ke rangking 22 dunia. Selama 15 bulan performanya anjlok karena berkutat dengan cedera yang dia dapat pada pertengahan musim 2017 sampai Maret 2018.
Di 2017 Djokovic berhenti dari berbagai kompetisi lebih cepat yakni pada Juli. Di tengah kebugaran yang menurun, Djokovic makin terpuruk karena timnya tidak kondusif dan berakhir pada dua kali pergantian pelatih. “Saat itu adalah momen tersulit,” ucapnya. (irr/jpg)