Laporan JPNN, London
HANYA dalam rentang empat hari, Arsenal kehilangan dua ajang yang masih memberi peluang trofi musim ini (2011-2012). Setelah perlu keajaiban untuk lolos dari babak 16 besar Liga Champions menyusul kalah empat gol tanpa balas dari AC Milan di leg pertama (15/2), Arsenal say goodbye di putaran kelima Piala FA kemarin dini hari WIB (19/2).
The Gunners (sebutan Arsenal) tersingkir seusai menyerah dua gol tanpa balas di kandang Sunderland. Kendati menurunkan mayoritas pemain utama, gawang Lukasz Fabianski gagal menahan aksi Kieran Richardson pada menit ke-40 dan diperparah gol bunuh diri Alex Oxlade-Chamberlain di menit ke-78. Padahal, sepekan sebelumnya (11/2), Arsenal mengalahkan Sunderland 2-1 di tempat yang sama, tapi di ajang Premier League.
Kegagalan di Piala FA menjadikan Arsenal hampir pasti tidak akan memenangi trofi apapun musim ini. Bagi klub yang menjalani tujuh musim terakhir tanpa gelar atau sejak mengangkat Piala FA 2005, kondisi tersebut sudah sangat kelewatan. Pelatih Arsene Wenger pun kembali menjadi kambing hitam atas kegagalan terbaru Arsenal.
“Saya kira kami sudah bermain maksimal dan memberikan segala yang dimiliki para pemain. Kami juga tidak beruntung karena tembakan ke gawang Sunderland adalah gol pertama mereka,” kilah Wenger seusai laga kemarin seperti dilansir AFP.
Wenger pun memiliki alasan lain untuk dijadikan kambing hitam. “Kami bermain away tiga kali dalam sepekan. Kami juga kembali bermain di lapangan yang buruk,” tutur pelatih berjuluk The Professor tersebut.
Sebagai catatan, Arsenal mengalami situasi lebih parah. Yakni, kehilangan tiga gelar sekaligus hanya dalam sepuluh hari. Usai kalah 1-2 dari Birmingham City di final Piala Carling (27/2/2011), Arsenal kandas di perempatfinal Liga Champions dari Barcelona (8/3/2011) dan disingkirkan Manchester United di perempat final Piala FA (10/3/2011).
Apapun pembelaan Wenger, seiring semakin panjangnya periode paceklik gelar Arsenal, dinasti kepelatihannya selama 16 tahun pun mendekati berakhir. Para petinggi klub, termasuk pemegang saham terbesar Stan Kroenke, dikabarkan tidak lagi percaya dengan kinerja pelatih 62 tahun Prancis tersebut.
“Hanya ada satu respons dalam tanggung jawab saya kepada klub. Yakni, bersatu menghadapi kritik serta tetap berjuang dan fokus menghadapi pertandingan berikutnya,” yakin Wenger kepada BBC.
Yang jadi masalah, laga berikutnya Arsenal merupakan agenda terjal di Premier League. Setelah menjamu Tottenham Hotspur (26/2), The Gunners akan menjalani away ke Liverpool (3/3), lalu menjamu Newcastle United (12/3). Bersama Chelsea, ketiga tim tersebut merupakan rival Arsenal dalam persaingan empat besar klasemen akhir liga (zona Liga Champions).
Bagi Wenger, membawa Arsenal finis empat besar musim ini mungkin menjadi satu-satunya asa tersisa sekaligus penyelamat muka. Selama menangani Arsenal, Wenger memang tidak pernah membawa Arsenal finis di luar empat besar.
“Kami akan menghadapi beberapa laga besar ke depan. Kami tidak hanya ingin bisa melaluinya dengan baik, melainkan juga berharap hasil pertandingan bakal memberi dampak signifikan di klasemen akhir musim,” tutur Wenger.
Di kesempatan terpisah, pelatih Sunderland, Martin O’Neill menyebut Wenger tetap seorang pelatih hebat sekalipun gagal mempersembahkan gelar bagi Arsenal selama tujuh tahun terakhir. Hanya, O’Neill juga tidak memungkiri apabila karir Wenger di Arsenal mungkin tinggal menghitung hari.
“Dalam pandangan saya, sekalipun melatih klub berbeda atau mungkin memutuskan pensiun nantinya, Arsene akan tetap dikenang sebagai salah satu pelatih terhebat dalam sepakbola,” jelas O’Neill.(dns/ted)