SYDNEY (RIAUPOS.CO) - Tunggal putri nomor satu Indonesia Gregoria Mariska Tunjung mencatat sukses besar dengan lolos ke final Australia Terbuka 2022.
Pada semifinal turnamen BWF World Tour Super 300 yang berlangsung di Sydney itu, Gregoria mengandaskan pemain Cina, Han Yu dalam rubber game, 18-21, 21-16, 21-14. Laga sengit tersebut berlangsung dalam tempo 56 menit.
“Senang dan puji Tuhan saya bisa menang dan maju ke final. Tadi itu perjuangan yang tak mudah. Perlu usaha keras untuk bisa ke final,” kata Gregoria dikutip dari siaran pers PP PBSI.
“Setelah lama nggak ke final turnamen level world tour, saya kini bisa lagi ke final di turnamen seperti di Australia Terbuka ini. Terus terang saya juga kangen juara,” kata Gregoria.
Ini adalah final BWF World Tour pertama dalam karier Gregoria. Sistem world tour ini kali pertama diimplementasikan pada 2017. Sebelumnya, Gregoria sempat mencapai babak puncak Syed Modi International yang berlangsung di India. Itu adalah turnamen level grand prix gold atau setara dengan Super 300.
Pada game pertama, Gregoria sempat memimpin dengan skor 9-7. Namun, Han Yue bangkit, mencetak delapan angka beruntun untuk langsung memimpin 15-9. Gregoria sempat terus mengejar dan memperpendek ketertinggalan menjadi 18-19. Namun, pada saat-saat kritis, Gregoria melakukan kesalahan sendiri dan kehilangan game pertama.
“Tadi setelah memimpin 9-8, lawan rupanya mengubah pola permainan. Saya kehilangan tujuh poin beruntun akibat kesalahan sendiri jadi 9-15. Saya jadi hilang ritme karena lawan mengubah pola menjadi pelan. Sementara saya jadi buru-buru dan mati sendiri,” tutur Gregoria.
Dia mengakui, Han Yue memang lawan yang memang punya kelebihan. Han Yue bisa bermain safe. Selain itu, kualitas bolanya sangat matang dan bisa main sabar.
“Setelah kalah, saya harus tetap berjuang dan pantang menyerah saja. Saya bisa belajar dan tidak ingin main seperti game pertama tadi,” kata Gregoria.
“Pada game kedua, saya juga belajar dari kekalahan di Hylo Open lalu. Saat itu saya kalah tipis karena kesalahan-kesalahan kecil. Kali ini saya tidak ingin kesalahan-kesalahan kecil itu terulang lagi. Yang penting harus dapat poin dan saya harus memaksa. Fokusnya juga saya paksa dan juga harus tahan,” ucap Gregoria.
Dalam pertandingan di game ketiga, dengan kondisi sama-sama capek, Gregoria hanya berprinsip harus bisa tahan saja. Dia memaksa untuk tidak gampang menyerah.
“Saya main seperti pada game kedua saja. Memang pada awal game ketiga saya masih sempat belum in dan buru-buru juga. Tetapi dengan memaksa, saya akhirnya bisa unggul 11-8 dan terus memimpin dan makin yakin,” ucap Gregoria.
“Saya tetap terus memaksakan diri. Saya nggak mikir sudah unggul jauh. Saya malah lebih hati-hati, sebelum game berakhir,” imbuhnya.
Di final, Gregoria akan bertemu unggulan pertama asal Korea Selatan, An Se-young. Pada semifinal sebelumnya, An mengalahkan pemain Thailand Pornpawee Chochuwong dalam straight game, 21-16, 21-11.
“Besok saya ingin lebih memaksa lagi. Maklum, dia bukan lawan mudah. Lawan kelasnya sudah di atas saya. Besok saya tidak boleh gampang nyerah. Coba memaksimalkan yang ada,” tegas Gregoria.
Gregoria juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada suporter Indonesia yang memberikan dorongan semangat kepadanya.
“Terima kasih kepada suporter Indonesia yang datang dan mendukung saya. Saat saya kalah di game pertama, mereka tetap semangat dan terus mendukung saya sampai pertandingan selesai,” sebut Gregoria.
Sayang keberhasilan Gregoria tidak diikuti Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja. Pasangan ganda campuran dari PB Djarum ini dikalahkan ganda campuran Korea Selatan Kim Won-ho/Jeung Na-eun dengan skor 21-14, 13-21, 8-21.
“Tenaga kami sudah habis. Lawan pertahanannya juga sangat kuat dan susah ditembus, terutama di game kedua dan ketiga. Tetapi kami tetap bersyukur bisa melangkah sejauh ini,” ucap Gloria.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman