PEKANBARU (RP) - Menjalani latihan berpindah-pindah dengan peralatan yang disewa membuat belasan atlet Panahan Riau gerah. Senin (16/4) siang, mereka pun mendatangi kantor KONI Riau, Jalan Gajah Mada, Pekanbaru untuk mempertanyakan nasib.
Dengan didampingi sang pelatih, Jasril, 13 atlet yang tergabung dalam atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar/Mahasiswa (PPLP/PPLM) Riau dan tim Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) PON tersebut mengadukan nasib mereka.
“Tujuan kami meminta kejelasan tentang sarana dan prasarana latihan, juga mempertanyakan dana stimulus dan pembinaan khusus yang sejak Januari 2012 tidak diterima lagi,” ujar salah seorang atlet panahan Riau, Ayu Lestari saat berbicang dengan Riau Pos dalam kunjungan mereka.
Dilanjutkan Ayu, selama 2011 lalu mereka mendapatkan dana stimulus yang diterima Desember 2011 lalu sebesar tiga juta untuk tiga bulan latihan.
Dimana saat itu mereka menjalani latihan di Lapangan AMPI Riau, daerah Marpoyan. Lalu pada awal 2012 para atlet menjalani latihan di kawasan areal Unri, Panam, tepatnya di depan Main Stadium.
“Sudah hampir dua bulan belakangan ini kita latihan di Lapangan Perumahan Resti Graha Lestari, Jalan Rajawali Sakti, Panam. Ya, terkendala, karena sore ada anak-anak main bola, lalu tanahnya itu tanah hitam bekas hutan yang dibakar, jadi sesudah hujan susah untuk latihan,” kata atlet panahan lainnya, Diki Hanafi.
Keluhan lain disampaikan Finis Harisa yang turun di nomor spesialisasi, menurutnya, selama beberapa bulan belakangan ini ia menjalani latihan dengan menyewa peralatan dari atlet daerah Banten sebesar Rp1,5 juta perbulan.
Karena sudah tidak menerima dana stimulus dan pembinaan khusus lagi maka dirinya secara pribadi memang ingin mempertanyakan terkait dana yang sebelumnya diterima.
“Berharap dana keluar untuk bayar sewa alat dan peralatan, seperti anak panah, dan lainnya, karena sejak Muslim tidak melatih kami memang minim peralatan, bahkan yang digunakan sekarang ini jauh dibawah standar, sangat jauh sekali,” bebernya.
Sementara pelatih yang mendampingi para atlet dalam kesempatan tersebut, Jasril mengatakan tujuan kehadirannya ke KONI hanya untuk mempertanyakan segala sesuatu yang menjadi pertanyaan para atlet kepada dirinya selama ini.
“Saya hanya menjembatani para atlet untuk mempertanyakan langsung, karena tidak mungkin saya biarkan sendiri mereka kesini, semoga solusinya dapat segera berdampak positif dalam latihan atlet,” ujarnya.
Atlet yang hadir tersebut adalah Ayu Lestari, Dinda Ismaya, Riki Novelaya, Juliadi Absara, Raza Alhadi, Fitri Rahmayeni, Irvan Syukrila, Susi Susanti, Finis Harisa, Nurhidayati, Diki Hanafi, dan Jisra Arif.
Salah satu ruangan yang didatangi para atlet panahan dan pelatihnya tersebut adalah ruang Komandan Satgas (Dansatgas) Hasan Nusi JS. Menurut pria yang juga menjabat Waka III KONI tersebut apa yang disampaikan para atlet tersebut sebenarnya adalah masalah internal Perpani dan sebaiknya diselesaikan secara intern terlebih dahulu.
“Kami menerima data dari panahan hanya 12 atlet untuk 100 persen, sementara mereka lebih dari itu. Jadi seharusnya didudukkan dulu dengan pengurus karena KONI sudah memiliki kwitansi untuk masing-masing atlet, tinggal pengambilan saja. Tapi tentu dengan sepengetahuan Pengprov. Jadi ini hanya masalah internal saja,” sebutnya ketika dikonfirmasi.
Dikesempatan berbeda, Sekretaris Umum (Sekum) Perpani Riau, Nepos SH justru memiliki komentar berbeda, dimana dirinya atau pengurus lain bersedia mengambil selama pelatih memberikan data atlet sejumlah 12 sesuai kuota yang ditetapkan KONI untuk tim pelatda PON.
“Memang daftar sudah diambil dan diserahkan ke Ketum, namun belum disetujui karena nama-nama yang diajukan pelatih berlebih dari kuota yangg ditetapkan. Kami masih menunggu data tersebut. Dana belum diambil dan masih di KONI. Kami belum berani karena masih menyesuaikan kuota atlet dulu untuk 100 persen,” bebernya.(egp)