CATATAN: ADE ADRAN SYAHLAN

Kesetiaan yang Perlu Bukti Sepenuh Hati

Olahraga | Kamis, 16 Mei 2013 - 09:15 WIB

Twit Ade Suhendra di akun @ade_s_ajo itu menyapa 11.511 follower-nya muncul sekitar pukul 19.20 WIB .

Atau hampir dua jam usai Persiba Balikpapan mengempaskan PSPS Pekanbaru 2-1 dalam putaran dua Indonesia Super League (ISL) di Stadion Kaharudin Nasution, Rumbai, Pekanbaru, Rabu (15/5).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Alhamdulillah, pertanda syukur Ade setelah timnya Persiba menang. Mohon maaf, bisalah diartikan permohonan untuk tim PSPS dan seluruh pendukung PSPS.

Satu di antara dua gol Persiba diciptakan oleh Ade. Melalui tendangan jarak jauh menyusur tanah yang tak dapat dihalau temannya pada putaran pertama lalu, kiper Fance Haryanto.

Dan terima kasih, bisalah dijadikan pertanda, ternyata pendukung PSPS tidak berteriak huu..huu.. padanya sepanjang pertandingan.

Saat terjadi gol itu, Ade mengangkat tangannya. Lalu menempelkannya, pertanda minta maaf. Lalu gerakan larinya, seperti menjauhi selebrasi pemain Persiba.

“Tak pernah cetak gol untuk PSPS, malah Ade cetak gol cantik ke gawang PSPS. Rancak pulo mainnya.’’ Begitu ucapan seorang penonton di tribun barat, persis di belakang bench pemain Persiba.

Harus diakui, komposisi pemain PSPS di putaran dua musim kompetisi ISL saat ini, sangat mendebarkan hati setelah ditinggal pemain utamanya, salah satunya Ade.

Apalagi jurang degradasi terus menguntit. Tapi terus terang, tim kemarin, sudah terlihat berusaha bermain dengan padu. Meski harus diakui pula, jika lawan lebih kuat yang datang, semoga saat itu, kepaduan makin jadi, lalu bertambah dengan permainan sepenuh hati.

Pelatih Afrizal bak Nil Maizar saat memimpin timnas di Piala AFF 2012. Dalam keterbatasan pemain, Afrizal harus mampu memadukan dan meramu strategi sedemikian rupa.

Memang berat. Tapi jika didukung oleh amannya kesejahteraan pemain, saya yakin pemain-pemain muda itu, akan makin berjibaku. Masih ada 15 pertandingan yang dilakoni untuk menghindari degradasi ke divisi utama.

Meski kalah, secara pribadi Isnaini dkk telah mengobat rindu saya menyaksikan PSPS secara langsung di stadion, yang tak pernah bisa dilakukan lagi selama 13 tahun terakhir. Ternyata, dengan mata kepala sendiri saya masih bisa menyaksikan adanya banyak pihak punya rasa kesetiaan pada PSPS.

Baik yang ditunjukkan Ade Suhendra —meski dalam proses lain—, juga penonton tribun barat dan timur, serta Asykar Theking, yang terus memompa semangat seluruh pemain, walau tertinggal gol.

Hari itu juga, jadi pertama kali dalam seumur hidup saya, membeli tiket untuk menonton PSPS. Tiket termahal pula Rp50.000. Biasanya, saat masih remaja, nonton PSPS dengan memanjat dinding tribun terbuka Stadion Hang Tuah.

Atau karena saya menjadi anak gawang —gini-gini dulu pernah ikut SSB miliknya PSPS.

Lalu saat jadi reporter olahraga Riau Pos, tak pernah bayar karena sudah punya tanda pengenal untuk pers.

Semoga Rabu kemarin, bukan saya saja merasakan, masih ada sedikit harapan pada PSPS untuk tetap berada di ISL musim depan.

Harapan yang kini sepertinya, terpulang kuat pada iklim kondusif tim itu sendiri. Baik sisi teknis, mapun manajemen timnya.

Karena suporter, dan masyarakat tetap menunjukkan rasa setianya serta pemerintah juga telah membuka izinnya untuk pemakaian stadion.***

Mantan Reporter Olahraga Riau Pos









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook