NYON (RIAUPOS.CO) - Liga Champions dua musim lalu menahbiskan Julian Nagelsmann sebagai sosok pelatih termuda yang mampu membawa klubnya lolos ke fase knockout. Ketika itu, Nagelsmann di usia 33 tahun sudah membawa RB Leipzig melangkah hingga semifinal. Sebagaimana Nagelsmann ketika itu, der trainer RB Salzburg Matthias Jaissle menjalani fase knockout Liga Champions musim ini sebagai juru taktik paling muda. Sosok yang dikenal sebagai murid ideologis tactician Manchester United Ralf Rangnick itu juga berusia 33 tahun.
Jaissle pun lahir dari pemahaman filosofi serupa seperti Nagelsmann. Bahkan, media-media dari Jerman dan Austria menyebutnya "Nagelsmann Baru". Dan, hasil undian babak 16 Besar Liga Champions, malam tadi (13/12) mempertemukan Jaissle dengan Nagelsmann yang baru musim ini menangani Bayern Munchen.
Selain Jaissle dan Nagelsmann, treinador Sporting CP Ruben Amorim masuk deretan pelatih muda (36 tahun) di fase knockout Liga Champions musim ini. Analis sepakbola Jerman yang juga kolumnis The Guardian Raphael Honigstein sebelumnya memprediksi bahwa Jaissle bisa bersinar di Liga Champions musim ini.
"Setelah Thomas Tuchel (membawa Chelsea memenangi Liga Champions musim lalu, red), perhatikan juga murid Rangnick lainnya. Jaissle masih 33 tahun sehingga akan ada hal-hal menarik yang bisa dia hadirkan," beber Honigstein.
Seiring Rangnick juga tampil di Liga Champions musim ini bersama Manchester United, persaingan menjadi menarik. Di 16 Besar, Rangnick akan beradu taktik dengan entrenador Atletico Madrid Diego Simeone. Itu merupakan pertemuan pertama bagi mereka.
Kalau dianalisis di antara delapan head-to-head pelatih di 16 Besar, enam merupakan pertemuan perdana bagi masing-masing. Perkecualian untuk Unai Emery (Villarreal CF) dan Massimiliano Allegri (Juventus) maupun Tuchel versus Jocelyn Gourvennec (Lille OSC) yang pernah dua kali berhadapan sebelumnya.
"Pertemuan kami sudah terlalu lama, saya bahkan tidak mengingatnya," kata Emery tentang adu taktik dengan Allegri seperti dikutip di laman resmi Villarreal CF.
Pertemuan mereka terjadi di fase grup Liga Champions 2015–2016. Allegri menangani Juve, sedangkan Emery masih tercatat sebagai entrenador Sevilla. Mereka saling mengalahkan. Sementara itu, entraineur Paris Saint-Germain Mauricio Pochettino yang akan menghadapi Carlo Ancelotti (Real Madrid) terlihat bersemangat.
"Carlo adalah nama besar di ajang ini. Dia juga membawa Real sangat stabil melaju di La Liga. Kesempatan berharga bisa menghadapinya," tutur Poche di laman resmi klub.
Ancelotti tercatat sebagai pelatih aktif dengan jumlah penampilan terbanyak di Liga Champions (172 laga). Hanya Sir Alex Ferguson (202 laga) dan Arsene Wenger (184 laga) yang melebihi pencapaian Carletto –sapaan akrab Ancelotti. Ancelotti sekaligus pemenang tiga kali Si Kuping Lebar. Hanya Pep Guardiola (2 gelar) yang mendekati torehan tersebut di antara pelatih di fase knockout sekarang.
Ancelotti sekaligus pelatih top pertama yang menangani PSG di era Nasser Al-Khelaifi. Sayang, Carletto hanya bertahan dua musim dengan satu kali raihan trofi, yakni Ligue 1 2012–2013.
Messi, Ramos, dan Urusan Bernama Real Madrid
Mengutip salah satu lagu t.A.T.u yang berjudul Friend or Foe, mungkin itulah gambaran suasana hati Cuqui –julukan bek Paris Saint-Germain (PSG) Sergio Ramos– saat ini. Bagaimana tidak, dia harus berurusan dengan tim yang dibelanya sejak 2005 di babak 16 besar Liga Champions nanti: Real Madrid.
Pertemuan Februari nanti itu berdasar hasil undian tadi malam di Nyon, Swiss. Semula, PSG akan berhadapan dengan Manchester United dan Real Madrid bersua Benfica. Tapi, karena kesalahan teknis, undian harus diulang. PSG pun bertemu Real dan United berhadapan dengan Atletico Madrid.
Kali ini Ramos bakal bergandengan tangan dengan megabintang Lionel Messi. Padahal, sejak berkostum Real 16 tahun silam, Messi selalu jadi lawannya di El Clasico melawan FC Barcelona. Tetapi, justru saat ini mereka berdua bakal menjadi senjata PSG untuk menyingkirkan Real.
Itu didukung fakta bahwa PSG hanya sekali merasakan kemenangan dalam enam pertemuan terakhir di Liga Champions sejak diakuisisi QSI (Qatar Sports Investments) pada 2011. Padahal, dalam empat pertemuan terakhir, PSG sudah diperkuat dynamic duo: Neymar-Kylian Mbappe.
Messi juga pernah merasakan atmosfer El Clasico di semua ajang yang bisa terjadi. Termasuk Liga Champions. Itu terjadi pada semifinal 2010–2011. Kala itu, Messi membawa FCB unggul agregat 3-1 dan lolos ke final sebelum bablas juara dengan mengalahkan Manchester United.
Apalagi, perlahan Si Kutu –julukan Messi– mulai menemukan performa terbaik setelah sempat tersendat bersama Les Parisiens. Dalam tujuh laga di semua ajang sejak bulan lalu, Messi mengemas tiga gol dan empat assist atau rata-rata kontribusi satu gol tim di tiap laga. Salah satunya assist kepada Mbappe ketika mengalahkan AS Monaco pada journee ke-18 Ligue 1 kemarin dini hari WIB. Laga tersebut istimewa lantaran PSG yang mengenakan nameset di jersey berwarna emas sebagai tribute kepada Messi atas tujuh Ballon d’Or-nya.
"Sepanjang musim kami akan selalu membutuhkan Messi. Kehadirannya bisa meningkatkan kepercayaan diri semua pemain," papar Mbappe kepada RMC Sport.(ren/c12/dns/jpg)