JAKARTA(RIAUPOS.CO)– Perseteruan antara Djarum Foundation dengan KPAI berakhir damai Kamis lalu. Dijembatani Kemenpora, kedua pihak mencapai kesepakatan. PB Djarum memutuskan untuk tetap menggelar audisi beasiswa yang bersifat masal tahun depan.Hanya saja, formatnya akan diubah.
”Kami akan mencari format yang lebih bagus. Nanti akan diumumkan mengenai acara di mana, kota mana saja, dan kapan. Semua tergantung evaluasi edisi tahun ini,” ungkap Yoppy Rosimin, program director Bakti Olahraga Djarum Foundation kepada Jawa Pos kemarin. ”Yang pasti tahun depan ada lagi,” tegas dia.
Keputusan itu sesuai dengan instruksi Menpora Imam Nahrawi maupun Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko. Namun, syaratnya, tidak ada pihak mana pun yang bisa mendikte bagaimana PB Djarum menggelar acara itu. Mereka menginginkan otoritas penuh. Tanpa campur tangan pihak-pihak yang tidak mengerti bulu tangkis.
”Saya berharap semua kembali ke rel yang benar. Yang tidak berkompeten tidak perlu mendikte PB Djarum harus begini harus begitu,” ketus Yoppy. ”Pembinaan bulu tangkis harus kembali normal seperti yang kita inginkan, di mana ekosistem bulu tangkis tidak terputus,” tambah pria kelahiran Kecamatan Adiwerna, Tegal, itu.
PT Djarum memiliki banyak sekali unit usaha. Banyak yang menuntut klub tersebut mengganti nama. Bahkan ada yang menyarankan Djarum Foundation juga mengganti nama yayasan, agar tidak mendapatkan masalah yang sama di kemudian hari. Sebab, bisa dipastikan daya ikat regulasi antirokok bakal terus menguat. Seperti dalam berbagai event olahraga di luar negeri.
Namun, bagi Yoppy itu bukan opsi. Menurut dia, nama PB Djarum merupakan entitas yang sudah lahir dan tumbuh besar sejak 50 tahun yang lalu. Tidak bisa asal saja diganti dengan unit usaha PT Djarum yang lain. Seperti Tiket.com, Blibli, atau Yuzu, misalnya.
”Nggak mau! Nama itu adalah roh bagi PB Djarum dan atlet itu sendiri. Suruh ganti nama kek, ganti logo kek, nggak mau! Itu urusan internal kami,” tegas Yoppy.
Dia melanjutkan, pihaknya berpatokan bahwa Djarum Badminton Club adalah institusi olahraga. ”Bahkan papan Djarum juga bisa tampil di Indonesia Open karena dianggap sebagai klub bulu tangkis biasa,” lanjut dia.
Dalam pertemuan pertama dengan KPAI, Yoppy sudah menunjukkan bukti-bukti bahwa PB Djarum adalah nama klub, bukan rokok. Misalnya ketika mengirim 20 atlet ke Akita, Jepang, untuk latih tanding. Mereka semua mengenakan kaus bertulisan Djarum Badminton Club.
Tidak ada yang mempermasalahkan.
Hal yang sama terjadi waktu ke Jerman dan Belanda. Atlet-atlet cilik itu juga tidak dicekal. Padahal, kedua negara itu sudah meratifikasi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Keduanya biasanya sangat ketat menerapkan regulasi anti-tembakau.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Deslina