JAKARTA (RP) - Kepastian rapat Joint Committee akhirnya jelas dan mendapatkan kata sepakat anggotanya.
Rapat untuk kali kedua itu akan digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 20 September mendatang.
Pelaksana Tugas (Plt) Sekjen PSSI Hadiyandra menjelaskan jika pengajuan yang telah dilakukan oleh pihaknya terkait kesepakatan anggota Joint Committee telah disetujuai konfederasi sepakbola Asia, AFC.
“Dari dua tanggal yang kami ajukan disepakati oleh AFC pada 20 september. Itu sudah oke,” katanya saat dihubungi, Kamis (13/9).
Selain mendapatkan kepastian dari AFC, Hadiyandra juga menyebut jika akan ada perwakilan dari federasi sepakbola dunia, FIFA, yang akan hadir.
Dia yakin dalam rapat kedua yang sempat tertunda beberapa kali itu nantinya ada perkembangan positif terkait rekonsiliasi persepakbolaan di Indonesia.
Hadiyandra juga memastikan bakal ikut mendampingi Joint Committee karena dia memang harus menjalankan fungsi kesekejenan pasca-Sekjen PSSI Tri Goestoro mundur.
Dari lima agenda yang akan dibahas oleh Joint committee, Hadiyandra kembali menegaskan tidak akan pembahasan tentang masalah timnas dalam rapat kedua.
Dia beralasan bahwa agenda itu tidak terdapat dalam MoU yang sebelumnya ditandantangani oleh PSSI, PT Liga Indonesia, dan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI).
“Surat dari AFC itu isinya teguran, bukan untuk menegaskan pembahasan di rapat Joint committee,” tegasnya.
Ya, sebelumnya memang sempat ada surat dari AFC yang intinya mempertanyakan tentang pemain yang tidak bisa membela timnas karena dilarang oleh klubnya.
Dan, salah satu isi dari surat tersebut ternyata juga meminta agar masalah ini dicantumkan dalam rapat Joint Committee selanjutnya.
Namun, masing-masing kubu yang berselisih ternyata memiliki pendapat berbeda. Karena itu, akhirnya lahirlah timnas tandingan yang dibentuk oleh PSSI La Nyalla Mattalitti dengan skuad dari pemin-pemain Indonesia Super League (ISL).
Kondisi inilah yang kemudian memperpanas jalannya rapat Joint committee.
Pasalnya, ada kasus tambahan seperti tuntutan dari PSSI terhadap FIFA agar pelatih timnas versi PSSI Nyalla, Alfred Riedl, diberi sanksi.
Bahkan, masalah timnas ini bisa merembet ke ranah hukum karena Riedl ternyata akan balik mempertanyakan haknya sebagai pelatih yang belum terbayarkan.
Saat itu, sisa kontraknya masih belum dilunasi PSSI kendati pelatih asal Austria tersebut dipecat di tengah Jalan.
Meski cukup pelik, Hadiyandra ternyata optimistis permasalahan dualisme di persepakbolaan Indonesia akan usai pada pertengahan Oktober mendatang.
“Jika masih belum selesai pembahsan, akan ada rapat-rapat lanjutan. Kami berharap pertengahan Oktober masalah sepakbola Indonesia terselesaikan,” cetusnya.(aam/jpnn)