LUSAIL (RIAUPOS.CO) - Argentina mengincar final keenamnya saat menghadapi Kroasia di babak semifinal Piala Dunia 2022, dini hari nanti. Sejarah turnamen memihak mereka sehingga wajar untuk menempatkan Lionel Messi dan kawan-kawan sebagai favorit.
Tidak termasuk Piala Dunia 1978 yang menggunakan sistem grup pada second round untuk menentukan finalis, Argentina mencatatkan rekor 100 persen di babak semifinal. Dari empat laga empat besar yang mereka mainkan, La Albiceleste berhasil menyapu bersih kemenangan.
Di Piala Dunia 1930, Argentina mencukur Amerika Serikat dengan skor 6–1 untuk melenggang ke partai puncak. Setelah itu, pada edisi 1986, generasi Diego Armando Maradona menekuk Belgia dengan skor 2-0 sebelum merengkuh gelar keduanya dengan mengalahkan Jerman Barat.
Empat tahun berselang, pada Piala Dunia 1990 Italia, Maradona dan kawan-kawan kembali menunjukkan superioritas mereka di semifinal. Tuan rumah mereka sikat dengan skor 4-3 dalam drama adu penalti setelah bermain imbang 1-1 sepanjang 120 menit.
Pada Piala Dunia 2014, giliran Belanda yang menjadi korban mereka di babak semifinal. Setelah bermain 0-0 sepanjang 120 menit, Argentina memenangi adu penalti dengan skor 4-2 untuk melaju ke final sebelum dikalahkan Jerman.
Dengan Lionel Messi dalam performa terbaik menyongsong semifinal ini, Argentina optimis mereka bisa melanjutkan catatan gemilang mereka tersebut dan kembali lolos ke partai puncak. “Itu adalah tujuan. Sekarang kita menari, kita harus terus menari. Kami ingin melanjutkan, dengan segala rasa hormat yang kami miliki dengan Kroasia. Mari berharap kita hidup sesuai dengan itu,” kata Pelatih Argentina, Lionel Scaloni di The Analyst.
Lionel Messi yang sejauh ini sudah mengoleksi empat gol dan dua assist menggemakan optimisme sama. “Argentina adalah salah satu dari empat terbaik di dunia karena itu menunjukkan bahwa mereka tahu bagaimana memainkan setiap pertandingan dengan keinginan yang sama dan intensitas yang sama,” ujarnya di situs resmi AFA.
Rodrigo DePaul yang tidak tergantikan di lini tengah Tim Tango menambahkan, bermain di semifinal Piala Dunia bukanlah sesuatu yang setiap hari bisa mereka lakukan. Makanya, ia mengatakan momentum ini harus mereka manfaatkan dengan baik. ‘’Idenya adalah untuk datang pada hari pertama dan pergi pada hari terakhir. Kami telah melakukan banyak hal baik. Kami bangkit dari kekalahan yang sulit di awal. Saya harap momen luar biasa ini terus datang,’’ tegasnya.
Tapi Kroasia yang kalah 0-1 di Piala Dunia 1998 sebelum membalas Argentina dengan skor 3-0 empat tahun lalu atau 2018 di Rusia tidak akan memberikan karpet merah pada Argentina. ‘’Tentu saja. Sekarang, semuanya mungkin. Kami sangat berbahaya seperti yang kami tunjukkan,’’ kata bek Kroasia Borna Sosa.
Kroasia sendiri punya catatan 50 persen di semifinal. Mereka kalah 1-2 dari Prancis Piala Dunia 1998. Sementara di edisi sebelumnya, Kroasia menang 2-1 atas Inggris sebelum ditekuk Prancis di partai puncak. ‘’Piala Dunia terakhir, kami berada di urutan kedua. Kami datang dengan skuat baru dengan pemain berusia 17 dan 18 tahun, dan kami menunjukkan bahwa kami memiliki banyak kualitas di negara kami,’’ tegasnya.
Pelatih Kroasia, Zlatko Dalic secara khusus mengirim asistennya Drazen Ladi? untuk menonton pertandingan Argentina menghadapi Belanda di babak delapan besar. Hal sama mereka lakukan sebelum menghadapi Brasil yang mereka singkirkan lewat adu penalti. ‘’Melawan Brasil, kami bersiap sedemikian rupa untuk melihat di mana kekuatan utama mereka, dan itulah mengapa Pašali? memulai pertandingan,’’ jelas Dalic soal persiapannya di Tyc.
Melihat bagaimana vitalnya peran Messi dalam mencetak gol dan mengatur permainan di lima pertandingan awal Argentina, banyak yang memprediksi Kroasia akan menugaskan satu pemain untuk mengawalnya secara khusus. Tapi Kroasia memastikan tidak akan melakukan hal itu.
‘’Kami tidak memiliki rencana khusus, setidaknya belum, untuk menghentikan Lionel Messi. Biasanya kami tidak berkonsentrasi hanya menghentikan satu pemain tetapi seluruh tim,’’ kata striker Kroasia Bruno Petkovic di The Bellingham Herald.
Menurut Petkovic yang coba mereka lakukan adalah berusaha mengontrol pertandingan. Untuk itu, mereka akan sangat berharap pada Luka Modric, Mateo Kovacic, dan Marcelo Brozovic. Dengan penguasaan lini tengah, mereka secara otomatis bisa mengurangi aliran bola ke Messi. ‘’Cara pendekatan kami adalah kami harus menghentikan mereka sebagai sebuah tim. Bukan dengan penjagaan pemain atau semacam taktik serupa. Argentina bukan hanya Messi,’’ tegasnya.(amr/jpg)