LISBON (RIAUPOS.CO) -- "Kembali ke rumah!". Ya, begitulah yang dituliskan penyerang Atletico Madrid, Joao Felix, dalam Instastory di akun Instagram-nya @joaofelix79, Rabu WIB (12/8). Felix menuliskannya setelah dia "pulang" ke Seixal, sebutan kamp latihan SL Benfica, klub yang sudah membesarkan namanya.
Bedanya, kali ini dia kembali dengan Atletico Madrid. Atletico, kebetulan latihan di Seixal selama mengarungi fase knock-out Liga Champions. Bagi Felix, ini bukan hanya momennya untuk kali pertama bermain di negaranya setelah membela Los Rojiblancos, julukan Atletico. Lebih dari itu. Dari Lisbon, Felix harus membuktikan statusnya sebagai pemain termahal dari Portugal dengan mengangkat Si Kuping Lebar, trofi Liga Champions. Sesuatu yang musim ini gagal dilakukan superstar Portugal lainnya, Cristiano Ronaldo. CR7, akronim nama Ronaldo, dan Juventus sudah kandas di 16 Besar.
"Felix beruntung bisa datang ke sana lagi (Seixal), ini kesempatan terbaiknya membuat perbedaan," klaim mantan bomber timnas Portugal, Pedro Pauleta, yang kini menjabat Direktur Tim Usia Muda di Federasi Sepak Bola Portugal (FPF), kepada EFE. Wakil Portugal tidak hanya Felix. Wakil Portugal lain yang bermain di perempat final ada Bernardo Silva dan Joao Cancelo (Manchester City), Nelson Semedo (FC Barcelona), dan Anthony Lopes (Olympique Lyon).
Dan, tugas Felix sebagai pembeda yang kali terakhir dia tuntaskan dua bulan lalu harus diulangi lagi dengan menyingkirkan RB Leipzig dalam perempatfinal Liga Champions di Jose Alvalade, Lisbon, dini hari nanti WIB (siaran langsung SCTV/ChampionsTV 1 pukul 02.00 WIB).
"Main di Liga Champions selalu jadi poin tertinggi bagi setiap pemain, begitu pula untuk karirku. Terlebih di sini, di Lisbon, di rumah. Aku sangat bahagia, dan aku tahu orang-orang Lisbon sekarang di belakangku," koar Felix, seperti dilansir laman Marca. Meski, Felix paham tugasnya takkan mudah. Apalagi dia baru mengukir dua gol selama memperkuat ATM di Liga Champions musim ini. Terakhir, dia melakukannya ketika matchday terakhir Grup D melawan Lokomotiv Moskva, 12 Desember lalu. Setidaknya, dia bisa mengingat momen indahnya saat kali terakhir menjalani Derbi de Lisboa melawan Sporting CP di Jose Alvalade, 4 Februari 2019.
Kala itu, Felix mencetak satu gol dan satu assist. Capaian yang belum pernah dia lakukan selama bermain bersama Koke dkk. Hanya, pemain jebolan akademi Benfica tersebut tidak ingin merasa terbebani.
"Aku masih 20 tahun, bisa berada di perempat final pada usia ini sudah sangat membuatku jadi anak muda yang beruntung," sebutnya.
Terlepas dari itu, faktor spirit Lisbon yang diharapkan entrenador ATM Diego Simeone berefek pada Felix. Di Liga Champions, produktivitas ATM terendah kedua setelah Olympique Lyon. Total, sejak fase grup ATM hanya mendulang 12 gol. Alvaro Morata yang jadi top scorer-nya di Liga Champions pun hanya mengoleksi tiga gol! "Joao Felix akan jadi bintangnya," ucap Presiden Atletico Enrique Cerezo kepada AS.
Produktivitas juga jadi masalah Julian Nagelsmann, der trainer RBL. Baru 14 gol yang dicetak Marcel Sabitzer dkk di Liga Champions. Apesnya, dari jumlah itu empat gol di antaranya dicetak Timo Werner yang tak bersedia membela Die Bullen, julukan RBL, pada fase knock-out ini untuk fokus dengan klub barunya, Chelsea.
Padahal, sepanjang musim 2019 - 2020, persentase kontribusi gol bomber berjuluk "Turbo Timo" tersebut bagi RBL mencapai 32 persen. Dari 105 gol RBL di semua ajang, 34 gol dari hasil kreasi Werner.
"Tapi, tanpa Timo, ini bisa jadi kesempatan yang lain menunjukkan keserakahan golnya," harap Mini Mou, julukan Nagelsmann, kepada Spox. Kapten Sabitzer sebagai pemain terproduktif kedua di bawah Werner musim ini dengan 16 gol yang jadi sorotan. Apalagi ketika fase grup lalu, Sabitzer pemain RBL selain Werner yang menyingkirkan Benfica dengan dua golnya. "Bedanya, dia (Sabitzer) lebih komplet dengan bisa mencetak gol ataupun membangun serangan," sambung Nagelsmann.(ren/jpg)