(RIAUPOS.CO) -- Tahun ini sudah bukan lagi tahunnya Gareth Bale. Baik di klubnya Real Madrid ataupun di timnas Wales, Bale sudah mulai kehilangan sentuhan magisnya. Julukan The Welsh Wizard atau “Si Penyihir dari Wales” pun sudah tak lagi cocok disandang kapten timnas Wales itu.
Malam di Groupama Arena, Budapest, kemarin WIB (12/6) semakin menegaskan situasi itu. Bale kembali gagal menunjukkan statusnya sebagai top scorer The Dragons, julukan Wales. Paceklik golnya dalam Kualifikasi Euro 2020 berlanjut ketika tumbang di tangan Hongaria 1-0. Termasuk melewatkan satu kesempatan emas pada 20 menit sebelum Mate Patkai mencetak gol pembeda bagi Magyars, julukan Hongaria.
Bale kali terakhir jadi pembeda untuk Wales saat matchday keempat Grup 4 di League B UEFA Nations League (17/11) melawan Denmark. Kini, seiring dengan performanya yang kian flop, Wales dua kali beruntun keok saat melawat ke Kroasia (1-2, 7 Juni) dan Hongaria kemarin WIB.
Tactician Wales Ryan Giggs sampai sudah kehabisan akal mencari solusi supaya mampu mengembalikan naluri gol pemain termahal musim panas 2013 tersebut. ‘’Untuk menemukan di mana Gareth bisa efektif itu seperti tindakan yang sedikit juggling. Karena, kami punya banyak stok pemain yang bisa bermain di posisinya,’’ ungkap Giggs, dikutip Goal.
Kebingungan Giggsy, julukan Giggs, sudah bisa terlihat dalam dua laga terakhir. Gale di laga melawan Kroasia langsung memulai laga pada posisi nomor sembilan. Posisi yang setahun terakhir tak pernah memberi hoki bagi pemain berusia 29 tahun itu. Hal tersebut sama seperti di saat dia mengenakan jersey putih Real Madrid.
Musim ini, cuma sekali dia menjadi pembeda dari empat kali diberi kesempatan bermain sebagai striker. Makanya, kemarin, Giggs mengembalikan Bale ke posisi naturalnya pada posisi winger kanan. Anak muda Daniel James yang biasa bermain di sayap kiri ditarik ke depan lebih sebagai seorang penyerang.
‘’Gareth beberapa tahun terakhir telah menunjukkan bahwa dia mampu menempati posisi mana pun, sebagai striker, nomor 10, atau sebagai winger kanan. Ini tugas saya untuk mencoba, dan mendapatkan posisi terbaiknya. Begitu pula dengan pemain lainnya,’’ tutur Giggs yang juga menyandang status sebagai Si Penyihir Wales semasa masih aktif bermain itu.
Untuk posisi nomor sembilan masih ada Sam Vokes. Sedangkan winger muda Liverpool, Harry Wilson, yang jadi pesaingnya sebagai winger kanan. Saking mudahnya untuk mematikan Bale, bek Kroasia yang baru enam caps timnas saja sudah menjadikan momen sepekan lalu jadi nilai tawarnya ke klub.
Bek Kroasia Borna Barisic salah satu pemain mampu menyulitkan Bale. Bahkan, Bale di Osijek dipaksa cuma bisa melancarkan sekali tembakan tepat sasaran. ‘’Saya senang dengan apa yang bisa saya lakukan. Saya lebih baik dari Gareth Bale, saya rasa saya melakukannya dengan bagus. So, dengan performa itu, saya pikir masa depan saya bersama Rangers bakal aman,’’ kata bek kiri 26 tahun itu, dikutip The Scottish Sun.
Tidak cuma Giggs yang pusing mencari solusi mengatasi seretnya produktivitas Bale. Di Los Blancos, julukan Real, Zinedine Zidane yang mengalaminya. Meski sempat 2,5 musim jadi juru taktik Real dan menangani Bale Zidane masih tertolong saat itu dengan Cristiano Ronaldo. Setelah dia kembali ke Valdebebas, kamp latihan Real, tak ada lagi Ronaldo berada di sisi Bale, atau Karim Benzema.
Selama delapan laga Real bersama Zidane, tak ada posisi paten dari Bale. Empat kali dia dipasang sebagai winger kanan, lalu tiga kali dipindahkan sebagai winger kiri. Hanya sekali dia main sebagai striker. Golnya pada era Zizou, sapaan akrab Zidane, pun terjadi saat dia dipasang sebagai winger kiri.
Musim panas ini Bale telah “diserang” banyak rumor yang mengaitkan namanya dengan pintu keluar dari Real. OK Diario mengklaim, Presiden Florentino Perez sudah mematok angka di atas EUR 50 juta (Rp805,5 miliar) bagi siapapun yang berminat kepada Bale. Padahal durasi kontraknya masih akan berakhir pada musim panas 2022.(ren/eca)
Laporan JPG, Budapest