SUNDERLAND (RP) - Ketika Manchester City menjuarai Divisi Satu (nama lama Premier League) pada 1968, Manchester United terhindar dari status tim nomor dua di Kota Manchester. Itu karena United merespon dengan memenangi ajang yang lebih bergengsi, Liga Champions.
Di musim lalu, United juga merasa sudah dinomor duakan. Kendati memenangi titel liga ke-19 dan tampil sebagai finalis Liga Champions, Kota Manchester lebih antusias menyambut sukses City memenangi Piala FA. Apalagi jika City yang memenangi Premier League.
Ancaman itulah yang membayangi United musim ini. Sebab, hanya Premier League yang bisa menyelamatkan Setan Merah dengan trofi di akhir musim. Kali terakhir United mengakhiri musim tanpa satupun trofi adalah pada 2004-2005.
United sadar apabila tugas mereka di laga pemungkas lebih berat ketimbang City. Skuad Sir Alex Ferguson tidak hanya dituntut meraih kemenangan di Stadium of Light, kandang Sunderland (siaran langsung Global TV kickoff 21.00 WIB), melainkan juga berharap City terpeleset saat menjamu QPR.
"Kami tidak boleh berpikir apa yang terjadi dengan Manchester City. Kami hanya harus memastikan menang atas Sunderland," kata kapten sekaligus bek kiri United Patrice Evra kepada MUTV.
"Kuncinya adalah mencetak gol dulu. Jika kami yang melakukannya, mungkin pendukung City akan mulai gugup. Ketika Anda gugup, biasanya Anda melakukan sesuatu yang melenceng dan tidak seperti yang Anda inginkan," sambung pemain yang hanya sekali mengakhiri musim tanpa gelar Premier League dari enam musim membela United itu.
Evra juga mengatakan, apabila United gagal meraih juara, orang pertama yang paling tersakiti adalah Ferguson."Jika gagal musim ini, kami akan bangkit lagi musim depan sebagaimana karakter yang dimiliki orang-orang di klub kami, terlebih pelatih kami," papar pemain yang terlibat kasus rasisme dengan striker Liverpool Luis Suarez itu.(dns/jppn)