MADRID (RIAUPOS.CO) – Meskipun banyak yang tak suka padanya dan dianggap kontroversial, namun Sergio Ramos adalah satu dari sedikit bek yang bisa mencetak banyak gol. Dia bisa menjelma seperti seorang gelandang atau bahkan penyerang. Jika ada tendangan sudut, maka dia akan ada di kotak penalti lawan. Dan gol tak jarang terjadi dari kaki dan kepalanya.
Senin (10/2/2020) lalu, Ramos melakukan itu. Saat kedudukan 1-1, dia menjadi protagonis yang mengubah kedudukan menjadi 2-1 saat Real Madrid bertandang ke El Sadar, markas Osasuna. Gol itu terjadi menit ke-38. Ramos tepat berada hanya satu meter dari gawang saat tandukan Casemiro mengarah kepadanya. Dengan tandukan keras, dia menaklukkan kiper Osasuna, Sergio Hererra. Madrid akhirnya pulang membawa tiga angka setelah akhirnya menang 4-1.
"Apa yang dilakukan Sergio itu tidak normal," ujar Hierro dalam wawancara dengan LaLiga.tv seperti dilansir AS.
Ucapan legenda Madrid itu bukan ingin mengatakan bahwa seorang bek yang sangat subur dalam urusan mencetak gol itu bukan hal yang biasa. Semua orang tahu, Ramos adalah bek cadas yang sulit dilewati. Dia akan menggunakan “segala cara” untuk menghentikan lawan.
Cederanya Mohammed Salah saat final Liga Champions dua musim lalu saat Liverpool kalah 1-3 dari Madrid, adalah salah satu bukti bahwa Ramos tak pandang siapa lawan. Ada di depannya, harus dihentikan. Risikonya, ya dihujat oleh fans lawan. Ramos dianggap bek terkotor di dunia karena gayanya memang keras dan akrab dengan kartu kuning atau malah merah.
Namun Hierro menganggap gaya Ramos dalam bertahan itu memang harus dilakukan semua bek di klub mana pun. Menjaga wilayah agar tak kebobolan dengan berbagai cara, adalah hal yang harus dilakukan oleh seorang pemain bertahan. Namun bagi Hierro, Ramos bukan hanya cerita tentang bagaimana melindungi kiper dari kebobolan, tetapi lebih dari itu, yakni bagaimana seorang bek berada di pertahanan lawan dan mencetak gol.
Bek 33 tahun itu sudah mengoleksi enam gol di semua kompetisi di 2019/2020. Ramos kini total sudah menyumbang 90 gol untuk Madrid. Dia tidak pernah absen mencetak gol di setiap musimnya sejak gabung Los Blancos pada 2005. Secara keseluruhan, Ramos sudah mencetak 114 gol di level klub dan timnas!
Ramos memang mahir untuk urusan mencetak gol. Kebanyakan dari sundulan dalam situasi bola mati, tapi kaki kiri dan kanannya juga punya tendangan keras. Jangan lupa, Ramos juga ahli mencetak gol dari free kick dan dari titik penalti.
"Ramos adalah kapten kami, dia contoh di lapangan dan di ruang ganti. Dia adalah simbol bagi pesepakbola Spanyol," puji Zinedine Zidane, pelatih Madrid, seperti dilansir Four Four Two.
Bagi Zidane, Ramos tidak akan berjuang di lini belakang. Ketika lini depan eal Madrid sedang buntu, di situlah Ramos muncul dan memberi perbedaan.
Zidane mencontohkan, final Liga Champions 2013/2014 di Lisbon, Portugal, adalah bukti nyata. Kala itu, Madrid berjumpa Atletico Madrid. Atletico unggul lebih dulu di babak pertama lewat Diego Godin. Los Blancos harus sabar menunggu sampai menit 90+3 untuk bisa menyamakan kedudukan. Bukan Lewat Cristiano Ronaldo atau Gareth Bale, tapi Sergio Ramos adalah bintangnya. Dia menyambut sepak pojok dari Luca Modric. Ramos menanduk bola dengan keras ke gawang dan gol!
Setelahnya seperti kita tahu, Madrid bisa mengungguli Atletico lewat gol-gol Bale, Marcelo, dan Cristiano Ronaldo. Real Madrid mendapat trofi ke-10 (La Decima) Liga Champions. Setelahnya, sudah tiga kali trofi tersebut disabet pasukan Los Blancos.
"Dari sekian banyak gol, itu adalah gol favoritku," kata Ramos seperti dikutip dari laman resmi Real Madrid.
100 Gol Lebih menjadi bukti betapa berbahayanya Ramos di depan gawang. Catatan gol tersebut tampaknya belum bikin Ramos puas. Ramos masih bisa mencetak lebih banyak gol lagi di seluruh kompetisi. Jasanya masih dipakai Zidane untuk memimpin Madrid di lapangan, yang sewaktu-waktu bisa memecah kebuntuan di degan gawang lawan.
Menurut Hierro, tak banyak pemain belakang yang bisa mencetak banyak gol seperti Ramos. Dia mengaku sering mencetak gol, dulu, karena bermain lebih ke depan sebagai gelandang. Hal itu juga dilakukan oleh Ronald Koeman, yang sering menjadi gelandang bertahan.
"Dia menggusur Ronald Koeman dan saya, dan kami berdua kadang bermain sebagai gelandang. Untuk seorang pemain di posisinya dan mencetak banyak gol, itu luar biasa," kata Hierro seperti dilansir Daily Mail.
Hierro menambahkan, Gerard Pique biasanya juga mencetak gol. “Ttapi tidak seperti Sergio. Dia melakukannya untuk Madrid dan Spanyol secara teratur," kata lelaki yang menjadi pelatih Spanyol di Piala Dunia 2018 menggantikan Julen Lopetegui karena menjalin kesepakatan untuk melatih Real Madrid tersebut.
Sumber: Marca/Goal/Soccernet
Editor: Hary B Koriun