Kapten Singapura Berdarah Indragiri

Olahraga | Selasa, 10 Juli 2012 - 07:07 WIB

Laporan EKA G PUTRA, Pekanbaru

Di negaranya, Singapura, liga sepakbola profesional hanya satu, S League. Tidak ada tingkatan dan degradasi.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Karena itu, Al Qasimy ingin suatu tantangan. Ia pun menaruh minat kalau kelak ingin merumput di Indonesia sebagai pesepakbola profesional. Kenapa?

Tidak banyak yang mengetahui Al Qaasimy, kapten Timnas U-22 Singapura ternyata memiliki darah Indragiri Hilir (Inhil), Riau.

 Tak salah jika Kimi, sapaan akrabnya, ingin menyusul Noh Alamsyah (Along) untuk mencoba ketatnya persaingan sepakbola di Tanah Air.

Saat ditemui Riau Pos Ahad (8/7) malam, ia menggunakan kaos Timnas Singapura berwarna merah tua dibalut jaket berwarna merah lebih terang dengan kerah putih, dan bawahan lengan warna putih dengan lambang bendera di dada kiri.

Memang jaket yang dikenakan pemilik nama lengkap Muhammad Al Qaasimy bin Abdul Rahman tersebut sekilas mirip jaket Timnas Indonesia. Ditambah wajah melayunya yang tak henti menebar senyum menjadi awal perjumpaan dengan Riau Pos malam itu.

Di luar, Kota Pekanbaru sedang diguyur hujan, dan angka jarum jam menunjukkan pukul 20.30 WIB. Secara keseluruhan Timnas Singapura beserta ofisialnya berada di kamar karena sudah jam istirahat.

‘’Kalau ada keluarga pesta atau hajatan di Pekanbaru, beberapa kali datang ke sini. Namun ke Tembilahan belum pernah. Ayah sering ke sana. Sekitar dua tahun lalu pernah main futsal di sini (Pekanbaru) bersama saudara-saudara,’’ ujarnya dalam Bahasa Melayu Singapura yang bercampur Bahasa Inggris.

Saat pertemuan di Hotel Pangeran —tempat menginap Timnas Singapura— malam itu, Kimi sedang dikunjungi Pak Ciknya, Edi Wardana dan Darmadi yang menetap di Pekanbaru. Sekadar berbincang dan reuni keluarga.

Sebab terakhir ia berjumpa dengan keduanya ke Pekanbaru pada 2010 lalu. Edi adalah salah seorang kepala cabang salah satu Bank BUMD di Riau, sementara Darmadi adalah seorang dosen di salah satu kampus terkemuka di Pekanbaru.

Sementara Kimi, dengan celana pendek yang menutupi lututnya berwarna biru tua didampingi salah seorang ofisial tim Singapura, Aizat Ramli dalam pertemuan tersebut. Dua-duanya ramah. Dua-duanya punya darah keturunan Indonesia.

Kimi lahir di Singapura, 21 Januari 1992 silam. Ia memiliki darah Melayu dari sang ayah, Abdul Rahman yang merupakan warga asli dari Desa Teluk Sungkah, Kecamatan Gaung Anak Serka, Kabupaten Inhil, Riau. Dan keluarga dari ayahnya banyak di Tembilahan dan Pekanbaru. Ibunya warga Melayu Singapura.

Menyukai sepakbola merupakan keinginannya sendiri. Meskipun masih berusia 20 tahun, Kimi sudah dipercayai menyandang ban kapten Timnas Singapura U-22 dengan posisi defender. ‘’Bisa bek kiri dan juga bek kanan,’’ lanjutnya singkat dalam perbicangan hangat tersebut.

Mahasiswa Diploma Bidang Manajemen Sport di Politeknik Singapura ini menceritakan, awalnya menyukai sepakbola sejak berusia kurang dari 10 tahun. Saat itu ia bermain untuk sekolahnya. Karena menikmati, ia pun kerap latihan dan rutin mengikuti kejuaraan-kejuaraan sekolah.

‘’Karena ada informasi akan dilakukan seleksi untuk Timnas U-12 ke Jepang mengikuti sebuah kejuaraan,’’ kenangnya, ia pun mengikuti dan ternyata berhasil lolos. Setelah itu remaja yang memiliki tinggi 176 centimeter ini pun masuk dalam Sekolah Sukan Singapura.

Sejak usia 13-16 tahun, ia berlatih keras di sekolah tersebut. ‘’Pagi latihan, dan tinggal di asrama. Lalu dua jam setelahnya mengikuti pelajaran sekolah dan petang hari latihan lagi, tiga tahun saya di sana,’’ sambung pemilik wajah ganteng ini lagi.

Tiga tahun belajar di sekolah olahraga milik negara tersebut, Kimi sudah memperkuat negaranya sejak U-15 hingga U-18. Melihat ceritanya, sudah barang tentu pembinaan sepakbola yang dilakukan FAS (PSSI-nya Singapura) memang berjenjang dan terus terpantau hingga para pemain berkembang.

Di usianya ke-18, Kimi masuk tim Young Lions, yang merupakan salah satu klub peserta S League, liga profesional di negara padat penduduk tersebut. Karena itu pula, ia terpilih selalu mewakili negaranya di berbagai kejuaraan, termasuk memperkuat Singapura pada SEA Games ke XXVI di Jakarta 2011 lalu.

Menurut Kimi, sepakbola di negaranya bukan merupakan suatu kebanggaan. Sebab remaja di sana lebih memperioritaskan pendidikan di atas segalanya. Namun karena kedua orangtuanya mendukung untuk terjun di dunia sepakbola, makanya ia berkesempatan menggelutinya hingga sekarang.

‘’Namun sekolah tetap saya jalani, karena pendidikan sangat penting,’’ ujarnya lagi.

Memilih sepakbola dalam kesehariannya selain keinginan sendiri, juga membuat Kimi yakin bisa mengharumkan negaranya dan berbuat sesuatu yang membanggakan bagi kedua orangtua. Sebagai pesepakbola profesional, Kimi mengakui tertarik bermain di ketatnya persaingan Liga Indonesia.

Ditambah banyak hal yang bisa dijadikannya panutan. Sebut saja yang memiliki nama besar di kompetisi sepakbola Tanah Air, Fandi Ahmad, Syahril Ishak, lalu sekarang ada Noh Alamsyah, mantan pemain Arema Indonesia, dan Muhammad Ridhuan.

Apakah siap bermain di liga Indonesia? Kimi menjawab tanpa basa-basi. ‘’Bisa dan siap sekali,’’ sebutnya yang disambut gelak tawa Aizat dan kedua pak ciknya malam itu.

Memang, beberapa seniornya yang sudah lebih dulu berkiprah di Liga Indonesia, merasakan benar ketatnya persaingan untuk menjadi pemain inti dalam sebuah klub tertinggi. Kimi juga mempertanyakan apakah Pekanbaru punya klub yang berlaga di pentas tertinggi Tanah Air, sudah barang tentu PSPS Pekanbaru. Dan Ia pun menyatakan ketertarikannya untuk bergabung.

‘’Along (Noh Alamsyah) merupakan senior dari Kimi. Ia bisa dibilang sebagai Big Brother di Tim Singapura, dan semua pemain junior ingin menjadi sepertinya, bisa menjadi besar di negara kami, dan bisa memberikan kontribusi besar di Liga Indonesia yang terkenal ketat,’’ cerita Aizat menambah obrolan tentang sosok Along di kampungnya.

Di usianya yang baru 20 tahun, seperti peraturan di Singapura, Kimi harus menjalani Wajib Militer (Wamil) selama dua tahun ke depan. Ia sudah mendapat surat perintah sebagai polisi. Di sana ada tiga pilihan, Polisi, Askar (tentara), dan Bomber (Pemadam Kebakaran).

Namun karena ia membela negara di sepakbola, seharusnya masuk Wamil pada usia 18 tahun jadi diundur. Namun penetapannya sebagai polisi sudah diberikan sejak dua tahun lalu ketika tes.    

‘’Dengan menjadi polisi saya tetap bisa bermain bola, namun yang menentukan adalah pemerintah, kami warga ikut saja,’’ sambungnya bercerita.

Bisa jadi, keinginan Kimi untuk memperkuat salah satu klub profesional di Indonesia baru bisa terwujud dua tahun mendatang. Namun tentunya harus ada yang menawarkan. Semua itu diserahkannya pada nasib karirnya di sepakbola saja.

Terkait darah Inhil yang dimilikinya, sudah diketahui sejak kecil, sekitar usia tujuh atau delapan tahun.

Ketika itu sang ayah yang menceritakan. Namun Kimi belum sempat pulang kampung ke Desa Teluk Sungkah di Kecamatan Gaung Anak Serka. Karena rutinitasnya sekolah dan latihan di Singapura.

Namun melihat luas dan besarnya Indonesia, ia yakin negara ini memiliki potensi besar dalam dunia sepakbola.

Dan bisa menciptakan pesepakbola handal yang bisa berkiprah di kancah internasional seperti di Eropa. Untuk itu, berjuang dan tidak putus asa menjadi salah satu hal yang dikatakan Kimi kepada teman-temannya di Indonesia, khususnya di Riau.

‘’Apapun impianmu, jangan pernah berhenti mendapatkannya, karena jika berjuang dan berusaha sebaik kemampuan yang ada, pasti dapat diwujudkan nantinya, walaupun harus menunggu lama. Karena teman-teman di Indonesia punya kualitas untuk itu,’’ ucapnya dengan nada tegas dan sedikit susah menyatukan kalimat dalam bahasa Indonesia.

Waktu malam itu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Ofisial meminta kapten timnya untuk beristirahat karena wawancara pun sudah selesai. Namun, dalam perbicangan dengan Aizat, dirinya juga punya keyakinan dengan potensi pemain sepakbola Indonesia akan mampu berbuat lebih baik dan membanggakan Asia Tenggara di tingkat internasional kedepannya.

‘’Dengan liga yang sedemikian ketat, wilayah yang begitu besar, Indonesia pasti punya pemain sepakbola handal,’’ sebutnya.(ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook