Tanpa Eko, Perunggu pun Berat

Olahraga | Jumat, 08 Februari 2019 - 11:11 WIB

BAGIKAN



BACA JUGA


CHIANG MAI (RIAUPOS.CO) - Skuad angkat besi melanjutkan misi menembus Olimpiade Tokyo 2020. Hari ini, mereka terjun di EGAT’s International Cup di Chiang Mai, Thailand, yang merupakan salah satu iven kualifikasi. Ada empat lifter yang turut serta. Yakni Deni (kelas 67 kg), Triyatno (73 kg), Acchedya Jagaddhita (59 kg), dan Nurul Akmal (+87 kg). Eko Yuli Irawan absen karena membidik IWF World Cup akhir bulan ini.

Jika melihat peta persaingan, peluang keempat lifter tersebut untuk merebut medali sangat tipis. Nyaris nol. Sebab, selisih total angkatan mereka dengan para pesaing sangat jauh. Setidaknya jika dilihat dari capaian dalam kejuaraan dunia di Ashgabat, Turkmenistan, November lalu.  

Ambil contoh Deni, yang angkatan totalnya ada di angka 310 kg. Lalu bandingkan dengan peraih perunggu Julio Mayora (Venezuela), yang mampu mengangkat beban 322 kg. Ada 12 kg yang harus dia kejar. Demikian pula Triyatno dan Acchedya. Juga Nurul, yang selisihnya dengan para pesaing lebih jauh lagi. Masing-masing punya PR besar.

’’Target kami, kalau bisa mempertahankan total angkatan seperti kejuaraan dunia kemarin lebih baik. Kalau bisa lebih, ya lebih bagus lagi,’’ ucap Dirja Wiharja, pelatih kepala pelatnas angkat besi, ketika ditemui di Mess Kwini, Jakarta Pusat, kemarin.

Memang, tidak semua lifter peraih medali di kejuaraan dunia 2018 tampil di EGAT’s Cup. Namun, itu tidak membuat persaingan lebih ringan. Sebab, peserta tiap kelas membeludak. Sama seperti Deni dkk, mereka juga bernafsu mengumpulkan poin Olimpiade. Kelas 67 kg yang diikuti Deni diikuti 40 lifter. Sementara di kelas Triyatno ada 48 lifter.

Di sektor putri tidak kalah berat. Dea (panggilan akrab Acchedya, Red), harus bersaing dengan sekitar 51 lifter. Lalu Nurul punya 30 pesaing. Sehingga mereka harus pintar mengatur strategi angkatan supaya tidak tertinggal dengan pesaingnya.

Meski peluang meraih medali sangat kecil, terjun di kejuaraan ini tetap sangat penting. Gunanya adalah untuk mengumpulkan poin. Untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2020, setiap lifter harus mencari poin sebanyak mungkin dari berbagai kejuaraan kategori emas dan perak yang telah ditetapkan. Namun, keikutsertaan dibatasi sampai delapan seri saja. Hanya delapan lifter terbaik di setiap kelas yang berhak berangkat ke Tokyo.

Di antara para lifter andalan pelatnas, hanya Eko yang saat ini ada di peringkat 8 besar. Di kelas barunya, 61 kg, dia menempati peringkat 5. Dirja mengatakan, jika lifter lain ingin menembus persaingan, maka harus menghitung total angkatan rata-rata di tiap kelas. ’’Baru nanti diusahakan untuk menaikkan sampai segitu. Supaya masuk ranking,’’ terang pelatih asli Jakarta tersebut.

Dirja meyakini keempat lifter tersebut, plus Eko, punya peluang menembus Olimpiade Tokyo. Hanya saja, jumlah turnamen yang diikuti berbeda mungkin berbeda. Eko, misalnya, cukup ikut enam turnamen agar posisinya aman di 8 besar. Sementara yang lain harus berjuang lebih keras.(jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook