LONDON (RIAUPOS.CO) - Friksi muncul di antara liga elite Eropa saat memutuskan aturan pemain pengganti musim 2020–2021 ini. Tetap bertahan dengan lima pemain atau kembali ke format lama tiga pemain selama 90 menit.
Ligue 1 Prancis dan Bundesliga Jerman terlebih dulu menentukan sikap dengan lima pergantian. Ligue 1 bahkan sudah menerapkannya dalam 32 laga dalam dua journee (pekan) awal musim ini.
Sementara itu, Federasi Sepakbola Jerman (DFB) dan Badan Liga Jerman (DFL) sudah ketok palu pekan lalu untuk tetap mengaplikasikan aturan pergantian lima pemain tersebut.
Di sisi lain, Serie A dan La Liga yang juga akan menggulirkan liganya bulan ini belum menentukan keputusan.
Premier League satu-satunya liga elite Eropa yang takkan mengaplikasikan aturan pergantian lima pemain itu ketika kompetisi mulai pekan depan. Sebab, usulan tetap mempertahankan aturan itu pada musim ini ditolak mayoritas klub kontestan Premier League. Di antara 20 klub, ada 13 yang menolak usulan itu.
Dari tujuh klub yang setuju, kebanyakan merupakan klub-klub besar di liga utama Inggris tersebut. Terutama klub dari big four musim lalu, yakni Liverpool FC, Manchester City, Manchester United, dan Chelsea. Juara Piala FA musim lalu, Arsenal, juga turut menolak aturan pergantian pemain dikembalikan ke aturan lawas, tiga pemain.
’’Aturan itu (pergantian lima pemain, red) hanya akan menguntungkan klub-klub dengan kekuatan finansial besar yang punya banyak talenta pemain bagus di bangku cadangan,’’ sebut laman Daily Mail dalam analisisnya.
Juara bertahan Liverpool, misalnya. The Reds punya 35 pemain dalam skuad utama. Dibandingkan dengan klub promosi West Bromwich Albion yang hanya bermodal kurang dari 25 pemain.
Dengan dapat mengganti pemain sampai lima kali dalam satu laga, klub-klub besar masih punya banyak opsi dari pemain-pemain mudanya yang tidak tertutup kemungkinan diambil dari klub-klub lain dari penjuru dunia.
Misalnya, yang terjadi di The Citizens, julukan City. Alasan dari klub yang mendukung, sederhana: faktor kesehatan pemain bertanding saat pandemi Covid-19.
’’Saya tak membahasnya dari sudut pandang itu (keuntungan klub besar, red). Saya tidak ingin mendapat keuntungan dalam persaingan. Kami akan melakoni 38 matchweek dalam empat pekan yang lebih singkat (musim ini, red). Liga lainnya mungkin kurang lebih sama. Artinya, hal-hal seperti ini bisa cukup membantu. Tapi, saya tak tahu apa yang dilihat klub lainnya,’’ tutur Juergen Klopp, manajer Liverpool, dalam laman resmi klub.
Klopp mencontohkan situasi yang terjadi saat restart Premier League musim lalu.
’’Pada saat dikalahkan City (0-4 di matchweek 32, 2/7, red), kami tetap kalah meskipun melakukan lima pergantian pemain. Itu tak pernah sepenuhnya menguntungkan. Semua ini tentang bagaimana di musim ini kami bisa melewatinya. Bukan tentang: 'Oh, ada yang diuntungkan',’’ cibir Klopp.
Sekjen FIFPRO Jonas Baer-Hoffmann sampai menilai Premier League sebagai kompetisi yang paling tidak peduli dengan kesehatan pemain.
’’Padahal, itu hal yang layak dilakukan. Dari kaidah olahraga, itu sama sekali tak membahayakan nilai persaingan sepakbola. Jujur, masalah kesehatan jauh lebih besar ketimbang mengkhawatirkan keseimbangan persaingan,’’ sindir Hoffmann.
Di Bundesliga, aturan tersebut berlaku di semua kompetisi yang melibatkan klub-klub di dua level kompetisi teratas Liga Jerman seperti Bundesliga, 2.Bundesliga, Bundesliga Frauen, 2.Bundesliga Frauen, dan DFB-Pokal.
Meski sudah diputuskan, tak semua klub menyetujuinya, salah satunya Werder Bremen.
’’Aturan yang hanya cocok dipakai saat situasi darurat, bukan saat ini,’’ ungkap pelatih Werder Florian Kohfeldt dilansir laman Sport1.
Wakil Presiden DFB Peter Frymouth menyebutkan, lampu hijau pergantian lima pemain pada musim ini lahir karena pihaknya ingin meringankan beban pemain dan klub.
”Kami hanya ingin melindungi kesehatan pemain,” kata Frymouth dalam laman resmi DFB.
Sumber: Sport1/Jawapos/Daily Mail
Editor: Hary B Koriun