BIRMINGHAM (RIAUPOS.CO) - Turnamen bulutangkis tertua dan dianggap paling prestisius di dunia, All England, bergulir pekan ini. Kejuaraan yang mulai dihelat pada 1899 dan hanya absen pada Perang Dunia I dan II tersebut kembali berlangsung di Arena Birmingham.
Birmingham menjadi tuan rumah All England sejak 1994. Pada 2014, The National Exhibition Centre melakukan renovasi besar-besaran senilai GBP 26 juta (sekitar Rp486 miliar). Hasilnya adalah sebuah arena yang berdiri sangat gagah di Kings Edward Road, berada tepat di tepi Canal Birmingham.
All England tahun ini juga menjadi sejarah baru untuk JPG. Untuk kali pertama, JPG melakukan peliputan langsung di jantung turnamen dengan hadiah total USD 1 juta (Rp14,1 miliar) tersebut.
’’All England memang spesial. Kami mempersiapkan diri dengan sangat serius menjelang ajang ini. Para pemain sudah datang hari Ahad (3/3) dan siap untuk bertanding,’’ kata pelatih tunggal Thailand Agus Dwi Santoso. Agus baru Januari lalu melatih Thailand.
Sebelumnya, dia membesut Korea Selatan. ’’Sebagai orang baru, saya juga termotivasi,’’ tambah dia.
Suasana H-2 sebelum turnamen memang landai-landai saja. Hanya ada penanda kecil berupa bendera dan poster di jantung kota Birmingham. Misalnya di area dekat St Pauls Church.
Tepatnya di Water Street dan Lionel Street. Bahkan, di Arena Birmingham, tidak ada penanda yang mencolok mata. Hanya ada poster kecil yang ditelakkan di dekat pintu masuk parkir.
’’Bulutangkis, bagaimanapun, adalah olahraga bersejarah bagi Inggris. Meskipun mayoritas orang Inggris penggemar sepakbola,’’ kata Dane Morris.(jpg)