JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- "Besok (malam ini, red) bukan hanya sekadar dapat poin. Tidak hanya menang atau kalah, ini pertaruhan kebanggaan negara," jelas pelatih Timnas Indonesia Simon McMenemy dalam jumpa pers jelang laga melawan Malaysia, Rabu (4/9). Simon berharap ucapan itu tak sekadar untuk motivasi saja. Namun, dia ingin pemainnya bisa merealisasikannya dengan kemenangan. Sebab, kemenangan menjadi modal krusial untuk menjaga persaingan di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G. Sejauh ini, catatan pertemuan masih memihak skuad Garuda.
Dari 95 kali bentrok, timnas sudah meraih 39 kali kemenangan dan 21 kali seri. Namun, Simon meminta pemainnya mengabaikan catatan pertemuan. Sebab, Harimau Malaya (julukan timnas Malaysia) kerap menorehkan luka bagi pendukung Garuda. Publik tentu masih ingat memori di final Piala AFF 2010. Timnas saat itu sudah sangat dekat dengan gelar juara.
Publik sudah yakin timnas bisa menaklukkan Malaysia di final. Pasalnya, pada pertemuan di fase grup, skuad Garuda bisa membantai Malaysia dengan skor 5-1. Faktanya, timnas malah kalah telak 0-3 pada final leg pertama di Kuala Lumpur. Timnas perlu kemenangan 4-0 agar bisa juara. Namun, pada leg kedua di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Garuda hanya menang 2-1. Malaysia pun berpesta di SUGBK.
Setahun kemudian, tepatnya di ajang SEA Games 2011, Malaysia kembali membuat fans Garuda terluka. Malaysia berhasil menggagalkan misi Indonesia mengakhiri paceklik emas sepakbola. Itu setelah Malaysia menaklukkan timnas lewat adu penalti. Partai final kala itu juga berlangsung di SUGBK.
Bagaimana malam nanti ? Simon menyadari kalau fans Garuda masih terluka atas rangkaian kegagalan timnas di kaki Malaysia. Luka lama itu sulit disembuhkan. Karena itu, agar timnas tak semakin menambah luka, strategi jitu dan mental pun disiapkan untuk membendung Harimau Malaya. "Saya sudah menyiapkan tim ini selama dua minggu. Mungkin rasa gugup memang ada. Tapi kami siap dan tetap fokus," tuturnya.
Simon menegaskan, timnas tak perlu psikolog untuk menyiapkan mental bertanding. Dia menganggap kehadiran psikolog justru membuat timnya terkesan dalam kondisi tertekan.
"Seakan menanggulangi iblis dalam pikiran," bebernya.
Mantan pelatih Bhayangkara FC itu memilih mengandalkan pengalaman para pemain ‘tua’ dalam skuadnya. Pemain-pemain seperti Yustinus Pae, Alberto Goncalves, Ruben Sanadi, Osas Saha, hingga Ferdinand Sinaga diharapkan bisa membuat rekan-rekannya bermain lebih tenang. Plus, Otavio Dutra yang memilih tetap bersama tim untuk membimbing pemain muda.
Simon juga mengharapkan masukan dari pemain yang masih atau sempat bermain di Liga Super Malaysia hingga Liga Thailand. "Mereka bisa mengajarkan kami soal mentalitas. Mengajarkan kami apa yang harus dilakukan, mengajarkan kami kapan makan malam, memahami kenapa latihan malam, itu semua sangat penting dalam membantu tim ini di lapangan nantinya," terang pelatih berusia 41 tahun itu.
Satu hal lagi yang bisa menguatkan mental pemain adalah, dukungan suporter. Simon mengenang memori saat dia menangani timnas Filipina di Piala AFF 2010.
"Stadion ini (SUGBK) menakutkan bagi lawan. Ketika saya di ruang ganti waktu itu, pemain tidak bisa mendengar instruksi saya," jelasnya.
"Debu jatuh dari atap karena suporter tidak berhenti bernyanyi dan melompat," ungkapnya.
Simon enggan menjanjikan kemenangan. Baginya, janji bagi seorang pelatih layaknya kutukan. "Tapi saya yakinkan 25 pemain yang saya bawa sudah di depan pintu yang siap dimasuki. Tujuan saya melatih Indonesia adalah meningkatkan lagi kecintaan masyarakat Indonesia kepada timnasnya," ujar pelatih asal Skotlandia itu.
Pelatih Malaysia Tan Cheng Ho berujar, dia dan pasukannya sudah siap menghadapi strategi maupun tekanan suporter tuan rumah. "Kami juga tahu Indonesia punya striker bagus. Punya beberapa pemain yang berpengalaman main di Malaysia. Saya pikir lini belakang kami paham apa yang harus dilakukan untuk menghentikan mereka," jelasnya.
Kapten dan kiper Malaysia Farizal Malias sependapat dengan pelatihnya. "Kami punya pengalaman bermain di depan suporter lawan di Malaysia. Jadi itu tidak masalah, kami siap untuk antisipasi itu," ujar Farizal.(rid/bas/jpg)