(RIAUPOS.CO) -- Apalagi, mereka punya kawah candradimuka yang bisa menyulap pemain belia mentah mereka jadi ber-skill jempolan. Keberadaan Bundesliga Jerman, Bundesliga Austria, dan Eredivisie Belanda jadi kartu truf. Kompetisi teratas di tiga negara tersebut jadi prioritas julukan awal karir pemain Korea setelah mentas dari kompetisi domestik. Meski, secara umum tiga ajang tersebut masih memprioritaskan pemain asal Asia.
Business World melansir bahwa per Juli 1998 Bundesliga setidaknya telah mengorbitkan 64 pemain Asia dan telah memainkan 3.926 pertandingan serta mencetak 427 gol hingga musim lalu. Angka itu jauh mengungguli Premier League, Serie A, La Liga, dan Ligue 1 digabung jadi satu.
"Bundesliga telah mendapatkan reputasi sebagai liga yang benar-benar global dan kami khususnya bangga dengan koneksi kuat kami di Asia. Kami berharap dapat mengorbitkan lebih banyak lagi bintang Asia pada tahun-tahun mendatang dan di saat bersamaan juga terus membangun relasi dengan sepakbola Asia dan para penggemarnya,” ucap CEO Bundesliga internasional Robert Klein.
Korea boleh pede bahwa dia bisa menyalip Jepang jadi yang terbaik di Asia berdasarkan kiprah pemainnya dalam beberapa tahun terakhir. Ya, Jepang pernah berjaya di Bundesliga dengan menelurkan Shinji Kagawa yang sukses pada periode pertamanya bersama Borussia Dortmund (2010-2012). Tetapi, setelah itu belum terdengar lagi pesepakbola asal Jepang yang melesat di Eropa.
Tetapi, kendali kini berganti kepada pemain Korea. Wide attacker Tottenham Hotspur Son Heung-min bisa dibilang jadi pionir. Karir pemain 27 tahun itu terus meningkat dimulai saat berkostum Hamburg SV (2010-2013), Bayer Leverkusen (2013-2015), dan Spurs.
Talent scout tim-tim Bundesliga memegang peranan krusial menjaring bakat-bakat Korea. Untuk kasus Son, dia bahkan sudah dimonitor Hamburg SV II sejak masih berkostum tim junior FC Seoul pada 2008 saat usianya baru 16 tahun. Pada 2008 pula dia direkrut masuk Hamburg SV II sebelum promosi ke tim utama dua tahun berselang.
Yang dilakukan Hamburg tampaknya terinspirasi oleh PSV Eindhoven. Ketika mendatangkan Park Ji-sung dan Lee Young-pyo pada 2003, mereka sampai memantau bakat keduanya yang belum banyak terendus hingga ke klub masing-masing, Kyoto Purple Sanga dan Anyang LG Cheetahs. Terbukti, keduanya jadi salah dua pemain Korea yang sukses di benua biru.
Sistem itu yang kini juga kian dimatangkan Salzburg. Selain Hwang, mereka juga mematangkan Takumi Minamino. Die Mozartstaedter--julukan Salzburg--bahkan sudah masuk tim utama sejak usia 20 tahun pada 2015 atau setelah didatangkan dari Cerezo Osaka.(eca)
Laporan JPG, Salzburg