MILAN (RIAUPOS.CO) – Bersama Premier League, Serie A adalah liga yang paling seru musim lalu (2021–2022) lantaran penentuan juara terjadi pada pekan pemungkas.
Selain itu, peraih scudetto AC Milan merupakan klub ketiga yang merengkuh gelar juara dalam tiga musim terakhir setelah Juventus dan Inter Milan.
Pada kenyataannya, ada konsekuensi besar yang dilakukan tiga klub papan atas Italia itu untuk menjadi tim terbaik di Italia. Mengacu laporan yang dirilis Deloitte pekan ini mengenai utang klub-klub di liga elite Eropa, AC Milan-Inter-Juve berada dalam lima besar teratas.
Juve jadi yang tertinggi dengan utang mencapai EUR 900 juta atau setara dengan Rp13,9 triliun. Disusul Inter dan AC Milan di posisi keempat dan kelima dengan utang masing-masing EUR 702 juta (Rp10,8 triliun) dan EUR 666 juta (Rp10,3 triliun).
Perencanaan keuangan yang buruk, terutama di bursa transfer dan gaji pemain, jadi pemicu utama. Terutama sejak pandemi Covid-19 dua tahun lalu. Juve memang jadi yang paling parah musim lalu karena tidak seimbang dalam pengeluaran dan pemasukan di bursa transfer.
Pengeluaran Bianconeri pada dua kali bursa transfer (musim panas dan musim dingin) mencapai EUR 83 juta (Rp1,28 triliun) dengan EUR 70 juta (Rp1,08 triliun) di antaranya untuk memboyong striker Dusan Vlahovic dari Fiorentina. Padahal, pemasukan klub asal Turin itu hanya EUR 47 juta (Rp727,6 miliar).
Nominal tersebut sudah dikurangi gaji Cristiano Ronaldo sebesar EUR 30 juta (Rp464,4 miliar) per musim lantaran CR7 balik kucing ke Manchester United. Beban gaji Juve sekaligus membuat pemilik nomor 10 Bianconeri, Paulo Dybala, dilepas.
Itu setelah Juve memberikan penawaran supaya Dybala memotong gajinya dengan cukup signifikan dari yang diterima sebelumnya, yakni EUR 13,2 juta (Rp209 miliar) per musim.
Rentetan situasi itulah yang membuat Juve paling getol mendukung bergulirnya Liga Super Eropa seiring bakal menjanjikan lebih banyak pemasukan.
”Jika aku pemilik Juve (keluarga Agnelli, red), aku tidak akan bisa tidur. Liga Super Eropa adalah hal mustahil,’’ sentil mantan CEO Bayern Karl-Heinz Rummenigge kepada Bild.
Inter setali tiga uang. Rival Juve dalam Derby d’Italia itu sudah merasakan efek buruk berutang ketika pandemi. Bahkan, sejak ditangani Antonio Conte atau berlangsung dalam tiga musim terakhir, Nerazzurri mengeluarkan dana setidaknya EUR 285 juta (Rp4,4 triliun) untuk membeli pemain baru.
Pemasukan dari penjualan pemain lebih sedikit, yakni EUR 260 juta (Rp4 triliun). Kondisi tersebut membuat Inter sangat mungkin kembali menjual setidaknya satu pilarnya musim depan.
Striker Lautaro Martinez dan bek Alessandro Bastoni yang memiliki market value tinggi paling sering dirumorkan seperti Romelu Lukaku dan Achraf Hakimi musim lalu. Hal sedikit berbeda dialami AC Milan. Utang mereka memang besar sebagai akumulasi dalam lima musim terakhir.
Tapi, sejak tiga musim lalu, pengeluaran Rossoneri di bursa transfer ”hanya” EUR 177 juta (Rp2,7 triliun) dengan pemasukan EUR 80 juta (Rp1,2 triliun).
Salah satu keputusan berani Rossoneri untuk menekan nominal utang mereka adalah tagihan gaji pemain. Musim ini, AC Milan mengeluarkan EUR 100 juta (Rp1,55 triliun).
Terendah di antara juara lima liga elite Eropa. Bayern Munchen, misalnya, punya tagihan gaji pemain hampir dua kali lipat, EUR 192 juta (Rp2,97 triliun).
Melepas Gianluigi Donnarumma, Hakan Calhanoglu, dan Franck Kessie secara gratis juga dilakukan agar neraca ekonomi terjaga. Tiga pemain itu hanya mau bertahan dengan lonjakan gaji yang signifikan.
Sinyal utang AC Milan bakal tereduksi dalam waktu dekat juga terlihat dari kesepakatan dengan RedBird yang kini jadi pemilik baru mereka. Apalagi, musim depan tim asuhan Stefano Pioli itu kembali tampil di Liga Champions.
’’Filosofi investasi RedBird dalam kepemilikan tim adalah bisa sukses di dalam dan di luar lapangan,’’ ujar pendiri RedBird Gerry Cardinale kepada La Gazzetta dello Sport.(io/c17/dns)
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman