PALANGKARAYA (RIAUPOS.CO) - Cemohan datang dari setiap sudat lapangan kepada wasit Abdul Rahman Salasa, yang memimpin pertandingan Kalteng Putra melawan Persib, Jumat malam (1/11). Wasit asal DKI Jakarta itu menganjar kartu merah ke pemain Kalteng Putra Patrich Wanggai di menit ke- 29 setelah dianggap menendang perut bek Persib, Ahmad Jufrianto.
Seketika Patrich Wanggai berjalan mendekati lorong ruang ganti pemain, dari tempat duduk VVIP, botol air mineral terbang. Mengenai bench wasit.
Kabagops Polresta Palangka Raya AKP Hemat Siburian seketika menoleh asal benda itu. Bersama beberapa anggota, mencoba memberi apa-aba melalui tangan untuk tidak melakukan lagi. Lemparan botol yang kedua pun melayang.
Kapolresta AKBP Timbul RK Siregar pun memberi imbauan tegas. Gubernur Kalteng Sugianto Sabran merespons dengan turun ke lapangan, menyampaikan protes atas kepemimpinan wasit di hadapan Kapolresta, mengeluarkan argumen masing-masing.
Timbul menyampaikan, dirinya berusaha memberi imbauan kepada sumber pelemparan, untuk tidak melakukan pelemparan lagi. “Yang melempar, ya mohon maaf, Pak Gubernur,” ujarnya, Sabtu malam (2/11).
“Pak jangan melempar, karena lemparan, penonton ikut melempar ke anggota,” tambahnya, dikutip dari Kalteng Pos (Jawa Pos Group), Minggu (3/11).
Sabran, lanjut Timbul, melakukan protes atas kepemimpinan wasit yang dianggap berat sebelah. Timbul juga meluruskan tidak ada mengancam dan mengeluarkan kata-kata kasar kepada orang nomor satu di Bumi Tambun Bungai itu. Dirinya juga menyampaikan, melakukan protes pun ada aturannya.
“Beliau nanya, kenapa saya yang diancam-ancam? Saya bilang, saya enggak mengancam, saya mengimbau Bapak, akibat lemparan Bapak, penonton ikut melempar,” jelas Timbul seraya menyampaikan, usai laga, gubernur dan dirinya sudah saling bermaaf-maafan.
Sabran pun angkat bicara terkait video yang beredar luas tentang dirinya dan Timbul. Menurut dia, apa yang dilakukannya karena keprihatinan terhadap sepak bola, usai menyaksikan secara langsung dugaan tidak fair-nya pertandingan.
Dia juga menegaskan, tidak ada masalah dirinya dengan Timbul. Menurutnya, dia melakukan protes karena melihat tindakan dugaan tidak adilnya pengadil di lapangan.
Pasalnya, beberapa kali tindakan pelanggaran yang dilakukan terhadap pemain Kalteng Putra, hanya diganjar dengan peringatan. Berbanding terbalik dengan pemain tuan rumah.
Ketika ada pelanggaran, wasit langsung bereaksi dengan menyatakan pelanggaran. Bahkan ada yang berbuah kartu kuning hingga kartu merah yang diterima striker andalan Kalteng Putra Patrich Wanggai.
Dirinya menjelaskan, dia turun ke lapangan karena diminta untuk turun. “Karena melempar botol. Ada berapa kali melempar botol. Beliau (Kapolresta, red), menunjuk ke saya dan bilang turun, maka saya turun,” jelasnya melalui telepon seluler yang ditayangkan di salah satu TV nasional, Minggu malam (2/11).
Kemudian lanjutnya, dia tanya ke Timbul terkait kenapa dirinya diminta turun. “Beliau bicara aturan. Saya juga bicara aturan. Saya Bapaknya Kapolres juga. Saya lihat ada beberapa masyarakat yang juga melempar botol. Akhirnya saya yang turun. Daripada masyarakat yang turun, lebih baik saya langsung. Masyarakat dan suporter jangan sampai ada hal yang tidak diinginkan,” jelasnya.
Cekcok sebagaimana yang dibicarakan publik, kata dia, tidaklah seperti sebenarnya. Bahkan, dirinya sudah meminta maaf kepada Timbul. Soal jalannya pertandingan yang diduga tidak fair, lanjutnya, membuat persebakbolaan semakin terpuruk.
“Saya ingin, permainan kedua tim cantik. Tetapi kalau begini, sepakbola terpuruk. Mafia bolanya harus betul-betul diselesaikan,” pungkasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman