JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Publik sepakbola Indonesia masih harus bersabar. Meski belum menghasilkan keputusan kongkrit menyangkut sanksi yang telah dijatuhkan FIFA (Federation Internationale Football Association) sejak Mei 2015 lalu, pertemuan Presiden Joko Widodo dan delegasi FIFA dan AFC, di Istana Negara, Jakarta, Senin (2/11/2015), mulai memunculkan satu titik terang.
Pertemuan bersepakat dengan rencana pembentukan tim khusus. Tim, utamanya, akan menjadi jembatan komunikasi antara pemerintah dan FIFA pasca pertemuan. "Mereka tadi senang, karena melihat tidak terjadi otot-ototan begitu," tutur Presiden Jokowi, usai pertemuan.
Presiden menambahkan, bahwa dalam pertemuan, pemerintah menegaskan tentang keinginan untuk bisa menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi persepabakbolaan Indonesia.
"Jadi, bukan kami tidak ingin. Kami memang ingin ada solusi. Dari kami ada solusi, dari mereka (FIFA, red) ada juga, tinggal nanti ketemu di mananya," beber Jokowi.
Karena hal itulah, lanjut presiden, kedua belah pihak sama-sama ingin agar tim khusus dari pemerintah nantinya bisa segera terbentuk dan bekerja. "Intinya, dia ngomong secepatnya, saya juga ngomong secepatnya," katanya.
Perwakilan FIFA dan AFC yang hadir pada kesempatan tersebut dipimpin anggota Exco FIFA dari Jepang Kohzo Tashima. Ikut serta pula beberapa anggota Exco lainnya Tengku Abdullah bin Sultan Ahmad Shah (Malaysia), Mariano Araneta (Filipina), dan FIFA Members Association Director James Johnson. Di pihak AFC hadir Dato’ Windsor John dan Sanjeevan Balasingam.
Berbeda dengan pihak pemerintah, delegasi memilih tutup mulut atas hasil pertemuan maupun langkah ke depan yang bakal diambil. Mereka semua kompak tutup mulut dan hanya melempar senyum saat dimintai keterangan usai bertemu Presiden Jokowi.
"Saya tidak bisa memberi pernyataan apa-apa. Kami ingin selesaikan tugas bertemu banyak pihak dulu," kata Kohzo Tashima. Pertemuan tertutup Presiden Jokowi dan delegasi FIFA itu berlangsung sekitar 1 jam. Mulai dari sekitar 13.15 WIB hingga 14.15 WIB.
Dari informasi yang dihimpun, hari ini, delegasi masih akan bertemu sejumlah pemangku kepentingan sepakbola Indonesia. Di antaranya, PT Liga Indonesia, Asosiasi Pemain Sepakbola Profesional Indonesia (APPI), dan beberapa pihak lainnya. Berbagai hasil pembicaraan nantinya akan dirumuskan dan menjadi bahan rekomendasi rapat Exco FIFA di Zurich, Swiss, 2-3 Desember mendatang.
"Ini pertemuan yang sangat berharga sekali," tambah Menpora Imam Nahrawi. Menurut dia, beberapa hal yang disampaikan pemerintah Indonesia yang langsung disampaikan Presiden Jokowi mendapat tanggapan yang bersahabat dan konstruktif, baik dari FIFA maupun AFC.
Di antaranya, lanjut Imam, ketika presiden menegaskan di hadapan delegasi FIFA, tentang perlunya dilakukan reformasi di internal Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI). Presiden menyatakan, reformasi itu penting karena sejumlah indikasi penyimpangan dan persoalan dalam pengelolaan sepakbola, telah nyata-nyata muncul.
"Ada pengakuan tentang pengaturan skor, ada judi bola, gaji yang terlambat. Termasuk, ada klub yang tidak lagi mematuhi statuta FIFA," ujar Imam, menirukan penuturan presiden.
Reformasi, lanjut Imam, juga karena ingin ada transparansi berkaitan dengan pajak maupun aturan-aturan main dalam pengelolaan sepakbola tanah air. "Mereka sangat terkejut mendengar apa yang kami (pemerintah) sampaikan," bebernya. Presiden, imbuh dia, juga menyampaikan rencana ke depan membangun sepakbola Indonesia yang lebih membanggakan."Dan, mereka (delegasi FIFA dan AFC) sangat respons baik," katanya.(dyn)
Laporan: JPG
Editor: Fopin A Sinaga