Medali Lagi dari Angkat Besi

Olahraga | Kamis, 02 Agustus 2012 - 09:50 WIB

LONDON (RP) - Triyatno melambungkan namanya menjadi lifter putra terhebat dalam sejarah angkat besi Indonesia. Rabu (1/8) dini hari WIB, ia berhasil merebut perak kelas 69 Kg Olimpiade London 2012.

Hasil tersebut membuat tim angkat besi menyumbangkan satu perak dan satu perunggu untuk kontingen Merah Putih. Medali perunggu disumbangkan Eko Yuli Irawan dari kelas 62 Kg sehari sebelumnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Medali di London menjadi yang kedua bagi Eko maupun Triyatno di ajang Olimpiade. Pada Olimpiade Beijing 2008, mereka sama-sama merebut perunggu.

Menyumbangkan medali satu perak dan satu perunggu merupakan salah satu catatan terhebat tim angkat besi di ajang Olimpiade.

Pada Sydney 2000, saat kali pertama Indonesia merebut medali di Olimpiade, lifter Merah Putih merebut satu  perak dan dua perunggu melalui Lisa Rumbewas, Sri Indriyani, dan Winarni. Berikutnya, pada Athena 2004, Indonesia kembali merebut satu perak melalui Lisa.

Tri, sapaan Triyatno, mendapatkan standing ovation dari penonton di Excel Arena saat berhasil mengangkat clean and jerk 188 Kg. Angkatan itu membuat Tri menggusur lifter Rumania Martin Razvan Constantin dari urutan kedua.

Total, Eko membukukan angkatan 333 Kg. Constantin merebut perunggu dengan 332 Kg. Sedangkan medali emas direbut lifter Cina Lin Qingfeng dengan angkatan total 344 Kg.

‘’Saya sempat down saat hanya mampu mengangkat 145 Kg di snatch. Barbel 150 Kg yang sebenarnya merupakan angkatan terbaik saya dua kali gagal saya angkat,’’ kata Tri setelah perlombaan.

‘’Beruntung, saya mampu bermain lepas di clean and jerk dan mengangkat 188 Kg, di atas angkatan terbaik saya 187 Kg,’’ lanjutnya.

Sebenarnya, start Tri cukup bagus. Dia tidak kesulitan melewati angkatan snatch pertama seberat 145 Kg. Selanjutnya, dia langsung meminta 150 Kg. Namun, pada dua kali percobaan, Tri tidak mampu mengangkatnya. Dia pun hanya berada di urutan kelima sebelum memulai clean and jerk.

Jeda sepuluh menit, Tri meminta barbel 181 Kg untuk angkatan pertama clean and jerk. Cukup agresif, karena sebagian besar lawannya meminta di bawah 180 Kg. Hanya Lin Qingfeng yang meminta di atas 180 Kg, yaitu 182 Kg.

Di atas platform, panggung perlombaan angkat besi, gaya berbeda ditunjukkan Tri. Jika biasanya, seperti lifter lain, Tri berkonsentrasi dan mengambil ancang-ancang. Tapi, saat itu dia langsung mengangkat barbel begitu memegangnya.

‘’Saat itu saya nothing to lose saja. Sikat, langsung saya angkat barbel biar main lepas. Saya sangat bersyukur, angkatan itu berhasil dan membuat saya konfiden untuk kembali bersaing memperebutkan medali,’’ jelas Tri.

Pada kesempatan kedua clean and jerk, Tri berhasil mengangkat 186 Kg. Saat Kim Myong-hyok dari Korea Utara gagal mengangkat 187 Kg pada kesempatan terakhir, posisi Tri sudah aman untuk merebut perunggu.

Tri, yang pada awalnya meminta 187 Kg untuk angkatan terakhir, meminta barbel ditambah menjadi 188 Kg. Itu dia lakukan untuk menyalip Constantin yang saat itu membukukan angkatan total 332 Kg.

Jika Tri hanya mengangkat 187 Kg, total angkatannya akan sama dengan Constantin. Karena badan Tri lebih berat, dia harus membukukan angkatan yang lebih baik untuk mendapatkan peringkat yang lebih baik. Karena itu, 188 Kg adalah angkatan minimal bagi Tri untuk menyalipnya.

‘’Meski belum pernah berhasil mengangkat 188 Kg, pelatih meyakinkan saya bahwa saya bisa. Demi perak. Saya sangat berterima kasih kepada para pelatih. Berkat merekalah saya bisa merebut medali ini,’’ ujarnya.

Pelatih timnas Lukman menyatakan, sukses Tri mengangkat 188 Kg clean and jerk adalah pencapaian yang luar biasa. Motivasinya untuk memberikan yang terbaik bagi Merah Putih membuatnya lebih kuat.

‘’Tadi nyaris saja Tri gagal mengangkat 188 Kg clean and jerk. Dia sempat sempoyongan. Syukur, dia bisa menyeimbangkan diri lagi dan semua juri menyatakan angkatannya sempurna,’’ jelas Lukman.

Deni, lifter muda Indonesia yang baru berusia 20 tahun dan juga tampil di kelas 69 Kg, menunjukkan potensi yang hebat. Dia finis di urutan ke-12 dari 18 atlet dalam debutnya di Olimpiade dengan membukukan angkatan total 311 Kg.

Meski tidak merebut medali, dia menjadi salah seorang lifter yang mendapatkan dukungan paling banyak kemarin.

Saat dia mencium barbel ketika gagal melakukan angkatan terakhir clean and jerk 177 Kg, banyak penonton yang memberikan standing ovation kepadanya.

Sukses merebut perak dan perunggu di London 2012 membuat tim angkat besi konfiden bisa lebih hebat di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro.

Lukman menyatakan, jika tim dipersiapkan sejak awal, bukan tidak mungkin bisa merebut emas di sana.

Selain Tri dan Eko, lifter lapis kedua juga punya potensi besar untuk bersinar empat tahun mendatang.

‘’Setidaknya tahun depan tim Olimpiade 2016 sudah harus terbentuk. Berikutnya, program jangka panjang disusun. Para lifter juga harus mendapatkan sebanyak mungkin kesempatan bertanding di luar negeri. Kalau itu semua dilakukan dengan baik, bukan tidak mungkin kita menjadi yang terbaik empat tahun nanti,’’ ujar Lukman.(ang/diq/jpnn/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook