PADANG (RP) - Percepatan modernisasi Pelabuhan Teluk Bayur digulirkan pemerintah guna menjawab keluhan dunia usaha soal lamanya waktu sandar. Bahkan, Meneg BUMN Dahlan Iskan menjamin tidak ada lagi antrean sandar kapal di pelabuhan kebanggaan urang awak yang dibangun pemerintahan Belanda pada tahun 1888 lalu itu.
Garansi diberikan Dahlan Iskan tak lepas dari mulai beroperasinya terminal peti kemas (TPK) dan sejumlah peralatan modern yang menelan anggaran Rp 600 miliar di Pelabuhan Teluk Bayur.
“Selama ini yang paling banyak dibicarakan di Sumbar, hanya gempa dan tsunami. Dengan modernisasi Pelabuhan Teluk Bayur saat ini, saya berharap orang tak lagi mengenal Sumbar karena gempa dan tsunaminya. Tapi mengenal Sumbar karena pelayanan pelabuhannya zero antrean,” ujar Dahlan Iskan saat meresmikan Terminal Peti Kemas dan pemakaian alat-alat baru di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, kemarin (29/4).
Dahlan mengajak semua elemen masyarakat Sumbar mempromosikan keberadaan TPK ini secara besar-besaran. Sehingga, minat orang kembali tinggi mengirimkan barang lewat Pelabuhan Teluk Bayur. “Saat saya buat status di Twitter, kalau saya akan datang ke Teluk Bayur melihat modernisasi Pelabuhan Teluk Bayur, banyak orang menyambut positif, khususnya kalangan pengusaha,” tutur Dahlan pada kesempatan itu yang juga dihadiri Dirut PT Pelindo II RJ Lino, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Wali Kota Padang Fauzi Bahar, General Manager Pelabuhan Teluk Bayur Dalsaf Usman, dan lainnya.
Seperti diketahui, lamanya waktu sandar di Pelabuhan Teluk Bayur sudah lama dikeluhkan pengusaha. Tak tanggung-tanggung, waktu sandar Pelabuhan Teluk Bayur pernah mencapai lebih sebulan. Kondisi ini jelas memberatkan pengusaha karena bertambahnya unit cost pengeluaran. Akibat ketidakjelasan waktu sandar kapal ini, membuat Sumbar terus merugi. Sebaliknya, provinsi lain meraih keuntungan.
Karena itu, tambah Dahlan, kini saatnya Sumbar berjaya seperti zaman keemasan Pelabuhan Teluk Bayur puluhan tahun lalu. “Saya pastikan, tidak ada lagi waktu antrean sandar kapal berhari-hari. Saya yakin dengan modernisasi pelabuhan ini, akan banyak kapal-kapal besar memilih sandar ke Teluk Bayur. Saya akan minta 3 -6 bulan laporan, untuk melihat sejauh mana respons pemilik kapal terhadap modernisasi ini,” ucap mantan Dirut PT PLN itu.
Dia mengatakan, modernisasi Pelabuhan Teluk Bayur tidak untuk sementara, tapi seterusnya. “Dulu, diusulkan pengembangan Teluk Bayur. Namun, karena perhitungan dan analisa yang cermat Direktur Utama PT Pelindo II RJ Lino, pengembangan Teluk Bayur tak jadi dilakukan. Langkah dipilih hanya melakukan modernisasi, perbaikan sistem, serta penambahan peralatan. Intinya, modernisasi ini telah mengubah wajah pelayanan di Pelabuhan Teluk Bayur,” tegasnya.
Jika pengembangan dilakukan, menurut Dahlan, otomatis menggunakan dana triliuan. Namun melalui modernisasi, dana yang dibutuhkan hanya Rp 600 miliar. “Belum tentu dengan pengembangan Teluk Bayur akan membuat waktu sandar kapal menjadi lebih pendek, tanpa penambahan peralatan dan perbaikan sistem seperti dilakukan Pak Lino (Dirut Pelindo),” ujarnya.
Dahlan optimistis Sumbar bisa bangkit dan kembali menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di pantai barat Sumatera. “Sumbar akan menjadi pembicaraan di tingkat nasional dengan zero waiting time-nya. Jadikan ini momentum yang baik,” tukasnya.
Optimisme serupa diutarakan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno. Dia yakin modernisasi Pelabuhan Teluk Bayur akan meningkatkan nilai ekspor impor Sumbar. “Ini tentu akan memacu pertumbuhan ekonomi Sumbar. Kita berharap modernisasi ini akan menjadikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumbar di atas rata-rata nasional. Output-nya, kesejahteraan masyarakat akan meningkat,” ucapnya.
Dirut PT Pelindo II, RJ Lino mengatakan, efisiensi pelabuhan salah satu kunci sukses akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. “Ini yang mendasari keinginan PT Pelindo II terus mengembangkan infrastruktur pelabuhan di seantero Nusantara. Aktivitas pelabuhan akan terus diupayakan beralih ke sistem kontainerisasi atau peti kemas agar biaya mengangkut barang berkurang. Secara perlahan, pelabuhan-pelabuhan di bawah naungan PT Pelindo II, khususnya di luar Jawa, akan terus dikembangkan menjadi tombol pembangkit perekonomian lokal demi pemerataan ekonomi Indonesia,” ulasnya.
Saat ini, kata Lino, Pelabuhan Teluk Bayur memiliki 12 unit dermaga sepanjang 1.613 meter. Pelabuhan ini juga telah dilengkapi beberapa fasilitas penunjang seperti gantry crane, gantry jib crane, wheel loader dan berbagai ekskavator lainnya.
General Manager Pelabuhan Teluk Bayur, Dalsaf Usman menyebutkan, peresmian terminal peti kemas ini pertama di Sumbar. Terminal seluas 46.886 meter persegi itu akan mampu menampung lebih dari 4.000 boks peti kemas.
“Arus lalu lintas kapal dan barang di Pelabuhan Teluk Bayur terus meningkat sejak tahun 2008. Jumlah peti kemas tahun 2008 hanya 48.503 TEUs. Tahun 2012 meningkat jadi 61.808 TEUs. Pelabuhan Teluk Bayur terletak di Pantai Barat Sumatera ini, adalah aset potensial mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi,” katanya. (cr4/rpg)