PADANG (RP) - Cuaca ekstrem melanda perairan Sumbar kemarin pagi mengakibatkan satu kapal barang, delapan kapal nelayan, serta satu biduk dihantam ombak di Pariaman, Padang dan Pesisir Selatan.
Lima nelayan dikabarkan belum diketahui keberadaannya. Sedangkan di Teluk Batuang, Kenagarian IV Koto Hilir, Kecamatan Batangkapas, abrasi pantai mengakibatkan empat unit rumah hancur, dan sekitar 42 unit rumah terancam hancur.
Kelima nelayan itu, yakni Budi (36), Win (30), warga Pasia Pariaman masing-masing berangkat satu kapal nelayan jenis Robin Tundo. Lalu, Ramon (34) dan Nia (36), warga Pasir Pauh (satu kapal).
Sedangkan satu nelayan lagi bernama Jimi (30), warga Balaiselasa sehari-harinya mencari ikan di Pantai Sumedang, Kecamatan Ranah Pesisir menggunakan biduk.
Adapun empat kapal nelayan turut dihantam ombak, yakni satu kapal berpenumpang David (30), Sad (20) dan Syaiful (15), ketiganya warga Pasir Pauh Pariaman.
Lalu, kapal berpenumpang Zahirman (55) dan Anjang (45), juga warga Pasir Pauh. Selanjutnya kapal Pitiang (32), warga Pasri Pauh Pariaman.
Dua kapal lagi milik nelayan Pasiejambak Kelurahan Pasienantigo, Kototangah, Padang. Sedangkan satu kapal barang juga terhempas ombak, kapal kargo MV Fokus Jakarta di perairan dekat kawasan Bukit Lampu dari Surabaya sedang antre masuk Pelabuhan Teluk Bayur.
Informasi dihimpun RPG, David dkk dan Ramon dkk berangkat ke laut Selasa dini hari. Sedangkan dua kapal nelayan milik warga Pasia Pariaman, masing-masing Budi dan Win juga berangkat Selasa dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.
Kasi Pengawasan dan Pengendalian Dinas Kelautan Pariaman (DKP) Pariaman, Zulbakri Bur menyebutkan, pihaknya bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pariaman terus melakukan pencarian terhadap keempat nelayan hilang di daerahnya menggunakan speed boat milik DKP dan speed fiber milik BPBD.
Pencarian difokuskan menelusuri sejumlah pulau terdekat untuk mencek keberadaan nelayan tersebut. Beberapa nelayan juga berupaya melakukan pencarian menggunakan kapal payang milik mereka.
Informasi diperoleh dari nelayan sekitar, kemungkinan besar mereka saat badai berada di balik pulau kosong atau sekitar 300 mil dari pantai.
Menurut Zulbakri, awalnya keenam kapal dihantam ombak itu, sempat tidak diketahui keberadaannya. Namun, tiga kapal yakni David cs, Kiriang dan Zahirman-Anjang, satu per satu berhasil diselamatkan warga. Khusus David cs, merapat di Padang sekitar pukul 18.00 WIB.
Kapal pertama berhasil diselamatkan warga bersama DKP dan BPBD adalah milik Zahirman dan Anjang. Keduanya berhasil diselamatkan setelah tiga jam terapung-apung di atas kapal mereka yang sudah mulai karam dan mesinnya mati sekitar 30 mil dari pantai.
‘’Saat itu saya baru saja menebarkan jaring, namun badai hebat menghantam. Kapal langsung mati mesin dan posisi kapal membentang. Saya berusaha minta tolong. Namun karena badai, nelayan berada di tepi pantai sulit menolong. Syukurlah badai reda dan saya berhasil selamat,’’ kata Zahirman menunjukkan bekas luka di tubuhnya.
Meski sudah delapan tahun melaut, menurut Zahirman, baru kali ini ia tenggelam di laut dan nyaris merenggut nyawanya. Walaupun begitu, bapak tiga orang ini mengaku tidak takut kembali melaut, karena sebagai orang pantai hanya itu kepandaiannya.
‘’Kalau tidak melaut, berarti anak dan istri tidak makan,’’ imbuhnya.
Terapung-apung di Laut
Nasib naas juga dirasakan dua kapal nelayan Pasiajambak. Akibat dihantam ombak, tiga nelayan yang akan menangkap ikan terkatung-katung selama dua jam di tengah laut. Ketiganya Mukhlis (21), Masrul (35) dan Duan (40).
Saat itu Mukhlis dan Masrul sedang membentangkan jaring untuk menangkap ikan di laut. Tiba-tiba mereka dihantam ombak besar, angin kencang dan badai, sehingga kapal mereka terbalik sekitar pukul 07.30 WIB.
Mujur bagi mereka, setelah terombang-ambing selama dua jam mereka diselamatkan kapal bagan milik nelayan kebetulan lewat.
‘’Bagan itu membawa mereka ke Pulau Sawo, pulau terdekat berjarak kira-kira 1 Km dari pesisir Pasiejambak,’’ ujar Yanto (40), salah seorang nelayan yang hendak melaut pula.
Menurut Zahara (31), kakak Muklis, adiknya turun ke laut sekitar pukul 04.30 WIB. ‘’Badai pagi tadi dan angin kencang membuat cadiak (penyeimbang, red) kapal patah, sehingga membuat kapal tenggelam,’’ ujarnya.
Kecemasannya terhadap adiknya sedikit terobati setelah ada berita dari nelayan mengetahui mereka diselamatkan kapal bagan. Yanto menyebutkan, salah seorang nelayan itu kepalanya sempat berdarah karena terbentur.
‘’Mereka baru bisa dibawa ke darat setelah beberapa nelayan sekitar menjemput korban ke Pulau Sawo, sekitar pukul 12.30 WIB. Kondisi ketiga nelayan tersebut lemas setelah terombang-ambing di laut,’’ ujar Zahara.(nia/eca)