JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Meredanya kasus Covid-19 membuat tinggi antusias masyarakat pergi ke Tanah Suci. Ini disinyalir jadi sebab kenapa vaksin meningitis menjadi sulit ditemukan. Bahkan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan, stok vaksin meningitis tersisa 66 vial.
Pada Selasa (27/9) lalu, Kementerian Agama (Kemenag) menggelar rapat koordinasi lintas kementerian. Melibatkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan sejumlah penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU). Persoalan khusus yang dibahas dalam rapat itu adalah kelangkaan vaksin meningitis.
Rabu (28/9) Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief mengatakan minat masyarakat untuk menunaikan umrah sangat besar. Selain itu terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hilman mengatakan dalam dua bulan terakhir ada 200 ribu lebih jemaah umrah asal Indonesia yang diterbangkan.
Di tengah minat berumrah yang tinggi itu, masyarakat dihadapkan dengan persoalan kelangkaan vaksin meningitis. Kondisi ini memicu persoalan, karena regulasi Kemenkes masih mewajibkan vaksinasi meningitis. "Regulasi dari Kemenkes, sampai saat ini masih sama. Para jemaah dan PPIU tetap diminta untuk menaati regulasi yang ada tentang vaksin meningitis," kata Hilman di Jakarta.
Hilman mengatakan, kelangkaan vaksin meningitis jangan sampai merugikan jemaah. Sehingga perlu diambil kebijakan saling menguntungkan atau win win solution. Pemerintah perlu mengambil langkah strategis supaya tidak ada lagi kasus gagal berangkat umrah kembali.
Hilman menegaskan, Arab Saudi sudah tidak mewajibkan vaksin meningitis. Sifatnya sebatas anjuran. "Kemenag melalui perwakilan di Arab Saudi akan berkoordinasi dengan otoritas berwenang di Saudi untuk mendapatkan kejelasan tentang kebijakan vaksin meningitis di sana," terangnya.
Konsul Haji KJRI Jeddah Nasrullah Jasam mengatakan, mereka secara intensif terus koordinasi dengan otoritas Arab Saudi dan beberapa pihak lainnya. Misalnya pada 20 September lalu, Nasrullah bertemu Wakil Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, Abdul Aziz Wazzan. Pertemuan itu membahasan syarat vaksin meningitis. "Saat itu, Abdul Aziz Wazzan tegas mengatakan bahwa vaksin meningitis itu sifatnya hanya dianjurkan, tidak wajib," katanya.
Saat ini dalam prosedur penerbitan visa umrah, sudah tidak ada lagi syarat input data vaksin meningitis. Berbeda dengan pengurusan visa haji yang masih harus input data sertifikat vaksin meningitis ke sistem Saudi. Nasrullah juga berkomunikasi dengan perwakilan India di Saudi. Informasi yang dia dapat, vaksin meningitis sudah tidak mewajibkan vaksinasi meningitis untuk umrah. "Yang masih diwajibkan untuk umrah adalah vaksinasi Covid-19," kata dia.
Salah satu daerah yang berteriak kekurangan vaksin meningitis adalah Jawa Tengah. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menginstruksikan biro travel dan dinas terkait melakukan pendataan calon jemaah umrah."Dalam kondisi seperti ini kita coba komunikasi dengan pusat, dua dengan pabrikan," katanya.
Ganjar tak memungkiri, saat ini banyak masyarakat di Jawa Tengah khususnya, yang akan pergi melaksanakan ibadah umrah. "Dinas terus kemudian biro travel agar bareng-bareng (menghitung) berapa jumlahnya," tuturnya. dia juga mendapat laporan jika peniriman vaksin meningitis terlambat.
Sementara itu, Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan PT Mersifarma telah mendaftarkan satu vaksin meningitis. Namun belum bisa diimpor lantaran ada temuan masalah di fasilitas produksi di negara asal. "Saya kira ini agak sulit," tuturnya.
BPOM juga telah menerbitkan izin edar vaksin meningitis Bio Farma. Penny telah mendapatkan informasi dari stafnya bahwa perusahaan farmasi plat merah itu tidak siap dengan permintaan vaksin meningitis yang banyak. "Tidak bisa menyiapkan dari jauh-jauh hari," ujarnya.
Dia juga membeberkan informasi jika Bio Farma secara bertahap akan melakukan impor vaksin meningitis. Impor ini dimulai dari Oktober hingga Januari. Totalnya 675 ribu dosis. PT Glaxo yang merupakan pemilik izin edar salah satu vaksin meningitis juga kesulitan untuk impor vaksin. "Kemandirian vaksin meningitis harus ada," kata Penny.
Penny menjelaskan ada satu perusahaan farmasi yang berhasil mengimpor vaksin meningitis pada Juli lalu. Perusahaan itu adalah PT Aventis dengan merk vaksin Menactra. "Saat ini stoknya tinggal 66 dosis. Akan impor 5.400 pada akhir Oktober," ujarnya.
Dia berjanji lembaganya akan membantu untuk mempermudah izin vaksin meningitis. Asalkan ada data yang diserahkan oleh perusahaan farmasi yang mengimpor vaksin tersebut. "Saya kira mereka pun belum ada datanya," tutur Penny.(wan/lyn/das)
Laporan JPG, Jakarta