Selain Dokter, Bidan pun Tinggalkan Wamena Pasca Kerusuhan

Nasional | Minggu, 29 September 2019 - 16:48 WIB

Selain Dokter, Bidan pun Tinggalkan Wamena Pasca Kerusuhan
ILUSTRASI

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjanti mengaku tengah berkoordinasi dengan IBI di Papua dan Papua Barat terkait jumlah bidan yang meminta evakuasi.

”Data yang kami punya tidak memilah mana yang asli Papua dan pendatang,” ujarnya.


Besok (30/9) diharapkan data sudah final. Dengan begitu, IBI bisa memetakan dan menghubungi bidan bersangkutan. ”Selama ini bidan yang ke Papua biasanya dari program Nusantara Sehat,” ucap Emi. Nusantara Sehat merupakan program Kemenkes untuk memeratakan tenaga kesehatan.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati juga menyatakan, jumlah tenaga medis di Papua dan Papua Barat tengah didata. ”Kemenkes akan menyurati panglima TNI untuk membantu dan melindungi tenaga kesehatan di Papua dan Papua Barat,” ungkapnya.

Situasi Terkini
Kabidhumas Polda Papua Kombespol A.M. Kamal mengungkapkan bahwa pelayanan umum di Wamena berangsur normal. Tidak ada lagi mobilisasi massa. Menurut dia, jumlah pengungsi lebih dari 8 ribu orang. ”Itu pengungsi yang karena rumahnya terbakar atau sebagainya,” ucap dia.

Menurut Kamal, kerusuhan terjadi karena adanya sekelompok orang berseragam sekolah yang mencoba masuk ke SMA PGRI Wamena. Namun, usia mereka diperkirakan lebih dari 25 tahun. ”Mereka mengajak demonstrasi dan melakukan aksi kekerasan,” ujarnya. Hingga akhirnya kerusuhan di Wamena pun pecah.

Polda Papua memiliki saksi seorang siswa yang dipukuli karena menolak ikut demonstrasi. ”Memang ada kemungkinan kelompok ini KKB (kelompok kriminal bersenjata) dan mereka menyebar hoaks guru rasis di SMA tersebut,” katanya.

Terkait kasus kerusuhan itu, Polda Papua telah menetapkan tiga tersangka. Mereka diduga terlibat dalam aksi kerusuhan yang mengakibatkan 31 warga meninggal dunia. ”Tapi, kalau gembongnya belum ya,” ucap Kamal.

Polda Papua kini berfokus mencegah adanya kelompok tertentu yang memanfaatkan isu rasisme untuk membuat kerusuhan. Pertemuan dengan 90 tokoh adat dan gereja digelar. ”Tujuannya untuk meminta agar masyarakat menahan diri bila mendapatkan informasi rasisme kembali,” imbuhnya.

 

Sumber: Jawapos.com

 

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook