AGAM (RP) - Meletusnya Gunung Marapi di Tanahdatar sekitar pukul 16.30 WIB, Rabu (26/7), tidak membuat masyarakat, terutama yang berada di kaki gunung tersentak kaget. Sebaliknya, kebanyakan masyarakat tetap memilih beraktivitas seperti biasa.
Sebagian besar masyarakat di kaki Gunung Marapi justru mengaku tidak mengetahui ada letusan. Yang mengetahui ada letusan, justru menganggap peristiwa itu adalah hal yang biasa terjadi, karena dengan adanya letusan Gunung Marapi pertanian warga bakal menjadi subur.
Dahniar (50), warga Sariak, Kecamatan Sungaipua, mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan meletusnya Gunung Marapi, karena dengan meletusnya gunung Merapi akan menyuburkan pertanian masyarakat. (Gunung Marapi sama dengan Gunung Merapi. Di Sumbar mereka menyebutnya Marapi dan nama itu menjadikannya melekat pada nama gunung).
Pengakuan yang sama juga diungkapkan Menan (55), warga Gobah, Kecamatan Canduang. Ia menyebutkan, meletusnya Gunung Marapi, selain akan menyuburkan pertanian, juga membuktikan Gunung Marapi normal sebagai gunung aktif.
Yang kita takutkan justru Gunung Marapi tidak pernah meletus, sehingga suatu saat tiba-tiba memuntahkan lahar panas, jelasnya.
Keduanya mengungkapkan ketidak-khawatirannya terhadap aktifitas Gunung Marapi yang sudah mulai meningkat. Terpisah, petugas Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bukittinggi, Hartono, mengatakan, status Gunung Marapi masih tetap waspada level II, sehingga pihaknya melarang masyarakat mendekati puncak gunung sejauh tiga kilometer.
Menurutnya, letusan Gunung Marapi yang terjadi sekitar pukul 16.30 WIB mengeluarkan abu vulkanik setinggi 1.500 meter di atas puncuk gunung tergolong kuat dari letusan sebelumnya. "Peningkatan status Gunung Marapi dari normal menjadi waspada level II ditetapkan sejak 3 Agustus 2011, ujarnya.(edi/rpg/ila)