Riau Pos Online-Ratusan rumah penduduk, termasuk penginapan yang membuang langsung limbah rumah tangga ke Danau Maninjau bisa mengancam perkembangbiakan biota air Danau Maninjau.
Limbah rumah tangga yang cukup meningkat 2012 ini adalah limbah deterjen yang dibuang ke danau tanpa melalui penyaringan. Penduduk Maninjau sendiri yang sehari-hari ada berprofesi sebagai nelayan yang mencari pensi (keong kecil) dan rinuak (ikan kecil/bilis) di perairan Danau Maninjau menjelaskan keong kecil yang hidup di danau itu kini sulit berkembangbiak.
Setiap ditangguk, dapatnya kecil-kecil. Selain kini meningkat limbah rumah tangga, kotoran pengunjung danau seperti plastik dan botol-botol bekas dicampak ke dalam danau. Sepuluh tahun lalu berenang di pinggir danau ini airnya masih jernih dan tak berlumut.
Tapi kini tahun 2012 ini saat Idul Fitri 1433 H terutama di belakang penginapan dan home stay yang menghadap danau, airnya mulai jorok, berlumut, dan pengunjung enggan berenang. Ditambah lagi terjadi penurunan permukaan air danau mencapai minus 60 Cm dibanding tahun 1997 lalu.
Dibanding Danau Singkarak, biota air seperti pensi dan ikan bilis berkembangbiak cukup baik di sini. Ini dikatakan para nelayan Danau Singkarak. Saking sulitnya berkembangbiak pensi di Danau Maninjau, harga sebungkus pensi yang sudah dimasak jadi sup dijual Rp5.000 per bungkus dan ini cukup mahal dibanding di Danau Singkarak hanya dijual Rp2.000 sebungkus. Pensi Danau Singkarak berkembangbiak cukup baik dan ukurannya besar-besar dibanding pensi Danau Maninjau.
Untuk mengantisipasi kepunahan pensi Danau Maninjau, para pengunjung danau, wisatawan mengharapkan Pemkab Agam terutama Badan Lingkugan Hidup (BLH) Agam melakukan sosialisasi sadar wisata dengan menerapkan UKL/UPL kepada penginapan, home stay rumah penduduk di pinggir Danau Maninjau agar tak langsung membuang limbah deterjen, dan lain-lain langsung ke Danau Maninjau.(azf)