JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Kapal selam KRI Alugoro 405 menjadi tonggak bagi pengembangan industri pertahanan Indonesia. Sistem transfer of technology (ToT) yang dijalankan dinilai berada pada jalur yang tepat (on the track).
Presiden Joko Widodo menargetkan Indonesia bisa memproduksi alutsista (alat utama sistem persenjataan) sendiri, termasuk kapal selam. Hal itu seiring dengan rampungnya pembuatan Alugoro.
Alugoro merupakan kapal selam pertama yang diproduksi PT PAL. Sekaligus kapal selam ketiga dari batch pertama kerja sama pembangunan kapal selam antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel). Dalam hal ini PT PAL dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME).
Capaian tersebut juga menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya negara di ASEAN yang mampu membuat kapal selam. ”Saya kira sebuah kerja sama yang bagus. Ada transfer teknologi di dalam pembangunan kapal selam Alugoro kita,” ujar Jokowi saat meninjau kapal selam Alugoro di dermaga PT PAL, Surabaya, kemarin (27/1).
ToT menjadi cara Indonesia dalam membangun industri pertahanan. Dalam banyak kerja sama impor alutsista, disertakan klausul ToT agar ada peluang bagi Indonesia untuk memproduksinya di dalam negeri. ”Kita harapkan, pada suatu titik kita bisa mandiri mengerjakan semuanya oleh anak-anak bangsa sendiri,” ujar Jokowi.
Di PT PAL kemarin Jokowi juga menggelar rapat terbatas yang membahas kebijakan pengembangan alutsista. Hadir sejumlah menteri seperti Menhan Prabowo Subianto, Menkeu Sri Mulyani, dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menekankan bahwa Indonesia harus berfokus pada pembenahan ekosistem industri pertahanan. Baik yang terkait dengan fasilitas pembiayaan bagi BUMN klaster industri pertahanan maupun ketersambungannya dengan industri komponen seperti komponen pendukung maupun bahan baku. ”Termasuk reformasi supply chain dan pengembangan industri lokal,” tegasnya.
Semua harus dilakukan demi mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap barang impor. Khususnya impor komponen industri pertahanan. Yang tidak kalah penting, industri pertahanan juga harus dikelola dengan baik agar operasionalnya bisa efisien.
Jokowi mencontohkan saat kali pertama masuk PT PAL pada 2015. Ada perubahan cukup signifikan setelah disuntik dana Rp 1,5 triliun dan ada pembenahan internal. ”Kelihatan sekali ada sebuah perubahan manajemen,” ungkapnya.
Sebagai mantan pengusaha, Jokowi menyatakan bisa langsung tahu apakah tata kelola sebuah industri sudah baik atau belum hanya dengan masuk ke sebuah ruangan. Saat ini, menurut dia, perubahan yang dilakukan manajemen PT PAL sudah baik.
Secara terpisah, dalam pandangan pakar militer Khairul Fahmi, kunjungan Presiden Jokowi ke PT PAL kemarin bisa diartikan sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap pembangunan sektor pertahanan dalam negeri.
Editor : Deslina
Sumber: jawapos.com