Riau Pos Online - Sitiung V, Jorong Aurjaya, Kenagarian Koto Padang, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, mencekam. Polisi menangkap satu persatu warga setempat. Mereka dipaksa ikut naik ke truk dan dibawa ke Mapolres Dharmasraya. Ini dilakukan untuk mencari pelaku penganiayaan dan penyanderaan Kapolres Dharmasraya AKBP Chairul Azis bersama anggotanya pada Sabtu (23/11) lalu.
Letusan senjata polisi terdengar bersahutan di Sitiung V, Minggu (25/11) sore. Tembakan peringatan yang diarahkan ke atas itu, membuat perkampungan yang banyak ditempati para penambang emas ilegal itu, seketika mencekam. Polisi yang datang dengan sekitar lima truk Dalmas dan mobil patroli langsung turun dan menyebar ke rumah-rumah warga untuk mencari penganiaya dan penyandera polisi.
Sebagian warga tampak kabur begitu melihat polisi datang. Polisi memburu mereka. Sebagian polisi lagi mendobrak pintu rumah warga. Puluhan pria dewasa ditangkap, digiring naik ke atas truk. Ada yang diseret, dipukul dan ditendang di depan anak-anak, orangtua dan istri mereka. Seketika terdengar pula isak tangis balita, ibu-ibu dan istri para warga yang tinggal di kawasan transmigrasi itu.
Bocah-bocah yang melihat kejadian itu ketakutan. Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri ayah, paman dan kakak mereka dijemput paksa polisi bersenjata lengkap, seperti ke medan perang. Kaum ibu-ibu ada yang melakukan perlawanan, karena rumahnya dimasuki polisi dengan cara membabi buta, menangkap anak dan suami mereka. Beberapa orang di antaranya, menyerang polisi dengan senjata tajam dan batu untuk menggagalkan polisi menangkap orang yang mereka cintai.
Sebagian lagi, bertekuk lutut di hadapan puluhan aparat kepolisian sembari mengatakan suami, anak-anak dan keponakan mereka tidak terlibat dalam penyanderaan dan penganiayaan polisi. Namun usaha itu sia-sia.
Aparat gabungan dari Polres Dharmasraya, Brimob dan Dalmas Polda Sumbar, serta Polres Sijunjung tetap menangkap mereka ke Mapolres Dharmasraya, berjarak sekitar 25 km dari perkampungan itu. Dalam penggerebekan itu, polisi menangkap 65 orang. “Suami saya tukang potong karet pak, tidak ikut menambang emas. Kenapa harus ditangkap,” ujar seorang wanita paruh baya, kepada wartawan sore itu.
Kepada sejumlah wartawan yang meliput penggerebekan itu, para kaum ibu itu mengaku orang yang menyandera dan menganiaya Kapolres dan anggotanya sudah kabur dari kampung tersebut. Hampir semua pria yang ditangkap membantah tidak terlibat dalam penganiayaan dan penyanderaan Kapolres. Mereka juga mengaku tidak melakukan penambangan emas ilegal di Sungai Koto Balai, Jorong Kotoateh, Kenagarian Ampang Kuranji, Kotobaru. “Saya ini bukan pendompeng (penambang emas, red), pak. Saya hanya tukang potong karet,” kata salah seorang pria dengan suara terbata-bata kepada polisi yang menginterogasinya.
Salah seorang warga, Ahmad, 36, kepada wartawan mengaku tidak terlibat dalam kasus penambangan emas ilegal, termasuk penyanderaan Kapolres dan anggotanya. Pria yang mengaku baru dua bulan tinggal di Sitiung V itu, mengatakan yang melakukan penyanderaan sudah kabur dari kampung itu.
Ia datang ke Situng V ikut orangtuanya yang sudah lama menjadi peserta transmigrasi di Dharmasraya. “Saya baru dua bulan di sini. Saya kerja hanya sebagai tukang potong karet, bukan pendompeng,” kata warga asal Jawa Barat itu.
Beda dengan Rudi, 25, salah seorang warga yang diamankan polisi. Kepada polisi, ia mengaku ikut penambangan emas ilegal. Tapi, mengaku tidak terlibat dalam penganiayaan dan penyanderaan polisi. “Ketika itu saya sedang sakit, jadi saya hanya di rumah saja. Saya tahunya dari beberapa teman yang berbondong-bondong ke lokasi penyanderaan itu,” ungkapnya.
Jangan Over Acting
Koordinator Police Watch Sumbar Ilhamdi Taufik menyesalkan sikap aparat kepolisian yang melakukan penggerebekan dan sweeping ke rumah warga di Sitiung V itu. Seharusnya, polisi melakukan pendekatan menyeluruh kepada masyarakat di daerah itu. “Polisi mestinya tidak perlu berlebihan menangkap orang yang belum tentu bersalah. Penegakan hukum silakan dilakukan, tapi jangan over acting,” kata Ilhamdi Taufik kepada Padang Ekspres, kemarin (26/11)
Apalagi, penangkapan itu dilihat langsung orangtua, istri, anak-anak dan saudaranya, sehingga bisa menimbulkan ketakutan dan trauma. “Penegakan hukum jangan sampai menimbulkan ketakutan dan trauma keluarga orang-orang yang baru diduga sebagai pelaku penganiayaan dan penyanderaan. Sebab, nantinya yang akan rugi polisi sendiri, karena akan semakin dibenci masyarakat,” jelasnya.
Ia menyarankan polisi mengenali fakta-fakta kemanusiaan, terutama terkait kenapa mereka nekat menyandera dan menganiaya polisi. Jika masalahnya sumber ekonomi mereka terganggu akibat penertiban aparat, kata Taufik, harus dilakukan pendekatan komprehensif. “Kalau desakan ekonomi yang menjadi akar persoalannya, semua orang pasti akan melawan siapa pun yang menghalang-halangi. Jadi polisi harus mengenali dulu fakta-fakta yang bersifat kemanusiaan sebelum bertindak,” ingatnya.
Dia pun mengingatkan agar belajar dari kasus kematian dua tahanan di Sjunjung. “Maka, polisi harus hati-hati menegakkan hukum. Jangan hanya melihat persoalan di permukaan, tapi lihat dari mana akar masalahnya,” bebernya
Seperti diketahui, pada Sabtu (24/11), dua orang warga Sitiung V kedapatan melakukan penambangan emas ilegal di Sungai Koto Balai, Jorong Kotoateh, Kenagarian Ampangkuranji, Kotobaru. Keduanya berinisial SR, 37, dan OT, 46. Usai ditangkap, petugas menggelandangnya ke Mapolsek Kotobaru. Sekitar pukul 14.00 WIB, sebanyak 10 petugas Polsek Kotobaru, termasuk Kapolsek Iptu Yana Jaya Widiya, kembali mendatangi lokasi tambang untuk menyita mesin dompeng yang digunakan penambang.
Namun, setiba di Sitiung V Jorong Aurjaya, Kenagarian Kotopadang , Kecamatan Sitiung, ratusan warga langsung mengepung kapolsek bersama anggotanya. Beruntung tiga petugas berhasil lolos dari kepungan warga, sehingga bisa langsung memberitahukan ke Polres Dharmasraya melalui SMS. Pesan singkat tersebut, juga diterima Kapolres Dharmasraya AKBP Chairul Azis.
Mengetahui itu, kapolres langsung mendatangi lokasi kejadian bersama 11 anggotanya. Namun, di sana sudah banyak warga yang berkumpul. Kapolres bersama anggotanya pun kemudian disandera.(*/padek/rpg)