JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Gempa berkekuatan magnitudo 6,5 mengguncang Ambon, Maluku, Kamis (26/9) pagi. Pusat gempa tepatnya berlokasi di darat pada jarak 15,3 km arah tenggara Kota Kairatu atau 42 km arah timur laut Kota Ambon, Provinsi Maluku, pada kedalaman 10 km Hingga saat ini, ACT terus melakukan pemantauan serta asesmen untuk kondisi terbaru di wilayah terdampak gempa di Ambon. Sejumlah relawan juga telah dikerahkan untuk asesmen awal terkait bangunan rusak hingga korban jiwa.
Berdasarkan informasi yang diterima Aksi Cepat Tanggap (ACT), meski tidak berpotensi tsunami, gempa ini membuat panik warga Ambon. Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB juga menyampaikan bahwa terdapat kerusakan bangunan di beberapa tempat yaitu kompleks kampus Universitas Pattimura, Institut Agama Islam Negeri Ambon, satu jembatan, satu kantor ketahanan pangan provinsi di Kota Ambon mengalami rusak ringan, dua unit rumah rusak berat di Desa Toisapu, Kecamatan Leitimur Selatan dan juga gedung Pasar Apung Negeri Pelau, Kabupaten Maluku Tengah.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan IAIN Ambon Abdullah Latuapo menyampaikan kepada tim MRI-ACT Ambon, ada satu orang meninggal dunia atas nama Narti, pegawai IAIN Ambon bagian kepegawaian. Sedangkan, beberapa orang mengalami luka-luka akibat salah satu bangunan di IAIN runtuh akibat gempa. “Ibu Narti meninggal tertimpa bangunan, ada juga yang luka-luka, kendaraan dinas saya juga mengalami kerusakan karena tertimpa bangunan,” jelas Latuapo, Kamis (26/9).
Selain di IAIN Ambon, kerusakan juga tampak di Pesantren Al Anshor Ambon. Sisi-sisi bangunan pesantren mengalami kerusakan berupa retak-retak serta ada sebagian yang runtuh. Sedangkan, kondisi warga saat ini masih mengalami kepanikan akibat gempa yang mengguncang pagi tadi.
Wahab Loilatu dari MRI Ambon mengatakan, warga yang tinggal di pesisir pantai saat ini sudah mengungsi ke perbukitan yang posisinya lebih tinggi. Hal itu dikarenakan beredar isu tsunami yang dipicu gempa bumi. “Area pesisir sekarang sudah kosong, warga langsung mengungsi ke daerah bukit karena khawatir tsunami,” jelas Wahab.
Daryono dari Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG dalam siaran persnya mengatakan, gempa yang terjadi di Ambon dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar. “Hasil pemodelan menunjukan gempa ini tidak berpotensi tsunami,” jelasnya.
BMKG mencatat setelah gempa awal, terjadi gempa susulan dengan kekuatan M5,6 pada pukul 07.39 WIB, dan kembali terjadi pada pukul 09:41 WIB dengan kekuata M3,2. dengan kedalaman yang sama.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal