Wiranto Tuding Tujuan Akhir Demo, Gagalkan Pelantikan Presiden

Nasional | Kamis, 26 September 2019 - 15:18 WIB

Wiranto Tuding Tujuan Akhir Demo, Gagalkan Pelantikan Presiden
Sejumlah pelajar terlibat bentrok dengan pasukan Brimob di Jalan Tentara Pelajar, Palmerah, Jakarta, Rabu (25/9/2019).(foto:jawapos.com)

JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto menyakini ada pihak-pihak yang menunggangi aksi unjuk rasa mahasiswa dan pelajar pada 24-25 September lalu di depan gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta. Akibatnya demonstrasi yang awalnya berlangsung damai berujung rusuh.

Wiranto menuding, penunggang demonstrasi ini memiliki tujuan untuk menggagalkan pelantikan DPR dan Presiden serta Wakil Presiden bulan depan. Oknum ini ingin membuat citra buruk kepada pemerintah sah melalui demonstrasi anarkistis.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Tujuan akhirnya adalah menggagalkan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih,” ujar Wiranto dalam konferensi pers di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (26/9).

Wiranto menuturkan, demonstrasi para mahasiswa ini awalnya bertujuan baik. Dan dilaksanakan dengan cara yang beretika. Namun, karena ada oknum yang menyusup,

“Saya kira bukan demonstrasi karena dilakukan oleh para perusuh. Melawan petugas, melempar batu, meluncurkan kembang api, panah-panah api kepada petugas, bergerak di malam hari, dan berusaha untuk menimbulkan korban,” imbuhnya.

Dengan kerusuhan ini, niat mengoreksi pemerintah dan DPR dalam upaya pengambilan kebijakam pembuatan Undang-undang akhirnya melenceng. Kerusuhan ini tentu disayangkan karena menimbulkan banyak kerugian. Baik dari aspek korban luka maupun materil.

“Kita sangat menyesalkan demonstrasi yang konstruktif, yang bernuansa koreksi, yang elegan itu kemudian diambil alih oleh demonstrasi yang tidak lagi mengarah kepada apa yang telah dijawab oleh pemerintah dan DPR,” pungkas Wiranto.

Sebelumnya, Aksi demonstrasi kembali digelar ribuan mahasiswa dan beberapa elemen masyarakat di depan Gedung DPR/MPR, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (24/9). Mereka menolak RUU KPK dan RKUHP yang sudah disepakati DPR dan pemerintah.

Aksi semula berjalan damai, namun menjelang sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB, massa mulai berbuat anarkis dengan mengerusak pagar DPR. Mereka memaksa masuk ke area gedung. Polisi kemudian menembakkan water canon untuk memukul mundur massa. Namun, tak dihiraukan. Gas air mata akhirnya ditembakkan ke aras demonstran.

Aksi massa semakin anarkis pada malam hari. Kerusuhan meluas ke beberapa lokasi seperti Simpang Susun Semanggi, hingga Slipi. Pos polisi di dekat kantor Kemenpora dan di underpass Slipi dibakar massa. Bus milik TNI dan sebuah Jeep Rubicon yang terparkir di depan lapangan Perbakin juga turut dibakar. Kerusuhan ini berakhir sekitar pukul 01.00 WIB.

Sehari berselang kerusuhan kembali pecah di area belakang Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (25/9). Massa berseragam SMA dan pramuka itu mulanya berunjuk rasa di sekitar perlintasan kereta api dekat stasiun Palmerah tak jauh dari kompleks DPR/MPR.

Situasi pecah saat salah satu oknum pelajar melempar batu ke arah polisi dan langsung membakar motor sebagai ungkapan kekesalan. Tak hanya itu, mereka pun mengarahkan petasan ke arah barikade polisi.

Membalas serangan tersebut, polisi kemudian menembakkan water cannon untuk memukul mundur massa. Namun, karena tak dihiraukan, polisi akhirnya melepaskan tembakan gas air mata.

Editor : Deslina

Sumber: jawapos.com









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook